SELEKSI
INDUK
Seleksi
induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan
produksi. Dengan melakukan seleksi induk
yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga
produktivitas usaha budidaya ikan optimal.
Seleksi
induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter
fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai
pemuliabiakan ikan budidaya. Induk ikan
yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Di Indonesia saat ini
belum ada tempat sebagai pusat induk ikan
yang menjamin keunggulan setiap jenis ikan. Induk ikan yang unggul pada setiap kegiatan
usaha budidaya ikan dapat berasal dari hasil budidaya atau menangkap ikan di
alam. Karakteristik induk yang unggul untuk setiap jenis ikan sangat berbeda.
Hal-hal
yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam
melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain
adalah :
- Mengetahui asal usul induk
2. Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu
pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif. Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah
genetik Melakukan pemeliharaan calon
induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi.
- Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah
Untuk
meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk
yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi
ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan.
Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki
genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan.
Tujuan
dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang
unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan
produktivitas. Produktivitas dalam
budidaya ikan dapat
ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu :
Ekstensifikasi
yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan
budidaya.
Intensifikasi
yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas
dengan melakukan manipulasi terhadap factor internal dan eksternal.
Dengan
bertambahnya jumlah penduduk sepanjang tahun dan jumlah lahan budidaya yang
tidak akan bertambah jumlahnya, maka untuk meningkatkan produktivitas budidaya
masa yang akan dating lebih baik menerapkan budidaya ikan yang intensif dengan
memperhatikan aspek ramah lingkungan.
Program intensifikasi dalam bidang budidaya ikan dapat dilakukan antara
lain adalah :
1. Rekayasa
faktor eksternal yaitu lingkungan hidup ikan dan pakan, contoh yang sudah dapat
diaplikasikan adalah budidaya ikan pada kolam air deras dan membuat pakan ikan
ramah lingkungan.
2. Rekayasa
faktor internal yaitu melakukan rekayasa terhadap genetik ikan pada level gen
misalnya transgenik, level kromosom misalnya Gynogenesis, Androgenesis, Poliploidisasi, level sel misalnya dengan
melakukan transplantasi sel.
3. Rekayasa
faktor eksternal dan internal yaitu menggabungkan antara kedua rekayasa
eksternal dan internal.
Oleh
karena itu agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan
harus dilakukan seleksi terhadap ikan yang akan digunakan. Seleksi menurut Tave
(1995) adalah program breeding yang memanfaatkan phenotypic variance (keragaman
fenotipe) yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya. Keragaman fenotipe
merupakan penjumlahan dari keragaman genetik, keragaman lingkungan dan
interaksi antara variasi lingkungan dan genetik. Seleksi merupakan aplikasi genetic dimana
informasi genetik dapat digunakan untuk melakukan seleksi.
Seleksi
ikan yang paling mudah dilakukan oleh para pembudidaya ikan adalah melakukan
seleksi fenotipe dibandingkan dengan seleksi genotipe. Seleksi fenotipe dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu seleksi fenotipe kualitatif dan seleksi fenotipe kuantitatif. Menurut
Tave (1986), seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat
kualitatif seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk
tubuh dan bentuk punggung dan sebagainya yang diinginkan.
Fenotipe
kualitatif ini merupakan sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan
dan dikelompokkan secara tegas. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa
gen dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Sedangkan
seleksi fenotipe kuantitatif adalah seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat
yang dapat diukur,dikendalikan oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur antara lain adalah panjang tubuh,
bobot, persentase daging, daya hidup,kandungan lemak, protein,fekunditas dan
lain sebagainya. Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya
karakter yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap
karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh
organisme.
Fenotipe
merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta interaksi antara
genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifatsifat yang
tampak. Menurut Yatim (1996), genotype menentukan karakter sedangkan lingkungan
menetukan sampai dimana tercapai potensi
itu. Fenotipe tidak bisa melewati
kemampuan atau potensi genotipe. Yang
dimaksud dengan karakter itu adalah sifat fisik dan psikis bagian-bagian tubuh
atau jaringan. Karakter diatur oleh
banyak macam gen, atau satu gen saja. Berhubung dengan banyaknya gen yang
menumbuhkan karakter maka dibuat dua kelompok karakter yaitu karakter
kualitatif dan karakter kuantitatif.
Karakter kualitatif adalah karakter yang dapat dilihat ada atau tidaknya
suatu karakter. Karakter ini tidak dapat
diukur atau dibuat gradasi (diskontinyu).
Sedangkan
karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat diukur nilai atau derajatnya,
sehingga ada urutan gradasi dari yang rendah sampai yang tinggi (kontinu). Karakter kuanlitatif ditentukan ole satu atau
dua gen saja sedangkan karakter kuantitatif disebabkan oleh banyak gen (tiga
atau lebih). Dengan melakukan seleksi maka akan menghasilkan suatu karakter
yang mempunyai nilai ekonomis penting dan karakter fenotipe yang terbaik sesuai
dengan keinginan para pembudidaya.
Untuk
mendapatkan induk ikan yang unggul dilakukan program seleksi dengan menerapkan
beberapa program pengembangbiakan antara lain dengan kegiatan selective
breeding, hibridisasi/outbreeding/ crossbreeding, inbreeding, monoseks/seks
reversal atau kombinasi beberapa program breeding. Dalam bab ini akan dibahas semua program
breeding tersebut sehingga dalam budidaya ikan akan diperoleh hasil baik induk
dan benih yang unggul. Induk yang unggul
akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan memelihara benih unggul
proses budidaya akan menguntungkan dengan melihat laju pertumbuhan ikan yang
optimal sehingga produktivitas budidaya ikan akan meningkat.
Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk Ikan dilakukan untuk menumbuhkan dan
mematangkan gonad (sel telur dan sperma) ikan. Dalam pemeliharaan induk
dilakukan dengan beberapa pendakatan diantaranya pendekatan lingkungan,
pendekatan pakan, dan pendekatan hormonal.
Persiapan Wadah
Wadah pemeliharaan induk disebut bak atau kolam induk.
Sebelum digunakan, bak atau kolam harus disanitasi terlebih dahulu melalui
desinfeksi. Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi:
- Pengeringan untuk
membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran
dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk
mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati
oleh pengeringan.
- Perlakuan TON (Tambak
Organik Nusantara) untuk
menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan
organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 g (2 sendok
makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah
kesuburan lahan.
- Pemasukan
air dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan
selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat
dilakukan adalah:
- Pembersihan
bak dari kotoran atau sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran
bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air dapat langsung
penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama seperti
pada tipe kolam.
Penebaran Induk
Induk yang dipelihara tidak terlalu banyak, hanya 1-2 kg per
m2 luas kolam atau hanya 4 ekor per m2 dengan ketinggian air di kolam
induk antara 60-75 cm (dalam praktikum, bobot induk jantan adalah 0,9 kg dan
induk betina 1 kg). Dalam pemeliharaan induk, sebaikanya induk jantan dipelihara
secara terpisah dengan induk betina. Hal ini dilakukan agar lebih memudahkan
dalam pengelolaan, pengontrolan, dan yang terpenting untuk mencegah terjadinya
“mijah maling” atau pemijahan yang tidak dikehendaki.
Pemberian Pakan
Agar diperoleh kematangan gonad induk yang memadai, setiap
hari induk diberi pakan bergizi. Jenis pakan yang diberikan yaitu pakan buatan
berupa pellet sebanyak 3-5% per hari dari total bobot induk yang dipelihara.
Selain itu juga perlu adanya manajemen pemberian pakan induk yang baik seperti feeding
time, feeding frekuensi, feeding schedule, feeding kind, feeding methods, dan feeding
site. Manajemen pemberian pakan induk ini berpengaruh pada pematangan
gonad induknya.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan induk. Pengelolaan kualitas air berfungsi agar kondisi air yang
digunakan sebagai tempat hidup ikan lele terbebas dari pathogen dan bahan lain
yang beracun, menjaga stabilitas suhu, pH, dan ketersediaan oksigen dalam air
serta sistem pengairan pada kolam induk yang terdiri dari saluran inlet dan
outlet.
Seleksi Induk dan Pemeriksaan Kematangan Gonad
Seleksi induk dan pemeriksaan tingkat kematangan gonad
dilakukan karena tidak semua induk itu telah matang gonad dan siap dipijahkan.
Sebelum dipijahkan, induk lele betina dan induk lele jantan diseleksi sesuai
persyaratan. Secara umum, kriteria induk yang bagus untuk dipijahkan
diantaranya sehat, lincah, tidak cacat, cukup umur (matang gonad), dan asal
usul yang berkaitan dengan tujuan genetik. Adapun ciri-ciri induk lele betina
yang siap untuk dipijahkan sebagai berikut:
- Bagian
perut tampak membesar kea rah anus dan jika diraba terasa lembek.
- Lubang
kelamin (urogenital) berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.
- Jika
bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa
butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar dan homogen.
- Pergerakan
lamban.
Ciri-ciri induk jantan yang siap untuk dipijahkan sebagai
berikut:
- Ujung
alat kelamin (genital papilla) tampak jelas memerah.
- Tubuh
ramping dan gerakan lincah.
Dalam
pemeliharaan induk ikan lele, ada beberapa hal yang penting diperhatikan yang
berhubungan dengan tingkah lakunya, yaitu:
1.
Kanibalisme,
yaitu ikan-ikan saling memangsa dimana ikan besar memangsa ikan yang berukuran
kecil, terutama saat kondisi kekurangan pakan (lapar). Untuk menghindari sifat
kanibal hendaknya pakan diberikan dalam jumlah yang cukup kepada ikan lele yang
kita pelihara. Disamping itu penyortiran untuk memisahkan ikan yang besar dan
kecil penting dilaksanakan.
2.
Rheo
taxis,ikan lele akan berenang dan mengikuti arah atau melawan arus air. Apabila
terdapat air yang masuk atau keluar dari kolam yang bocor ikal lele akan bisa
lolos melalui tempat yang bocor tersebut. Oleh sebab itu hendaknya jangan
sampai terdapat kebocoran pada kolam pemeliharaan.
3.
Ikan
lele dapat loncat setinggi ± 0,5 m, dan melata di atas tanah. Ini dapat
mengakikatkan ikan lele lolos dari wadah pemeliharaan. Untuk menghindari
lolosnya ikan lele sebaiknya pematang dibuat tinggi atau kolam ditutup dengan
jaring, bisa juga dipasang pagar yang tinggi terbuat dari bambu.
4.
Ikan nocturnal,yaitu
aktif mencari makan pada malam hari. Agar pemberian pakan efektip maka
sebaiknya dilakukan pada malam hari Oleh karena itu dalam pemeliharaan induk,
agar induk dapat hidup sehat dan dapat selalu siap memijah sesuai waktunya,
disamping memperhatikan hal-hal tersebut di atas, juga perlu memperhatikan
hal-hal seperti: pemberian pakan, pengelolaan kualitas dan kuantitas air, dan
pengendalian hama dan penyakit.
Pemberian Pakan
Agar
diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk di beri pakan
bergizi. Jenis pakan yang diberikan yaitu pakan buatan berupa pellet sebanyak
3-5 % perhari dari dari total bobot induk yang dipelihara. Ada juga induk lele
diberi pakan berupa limbah peternakan ayam (ayam mati) yang dibakar atau
direbus atau dibakar terlebih dahulu. Pakan diberikan dua sampai tiga kali
sehari pada pagi, sore dan malam hari.
Pengelolaan Kualitas Air
Dalam
pemeliharaan induk lele dumbo, kualitas air tidak terlalu berpengaruh. Induk
lele dumbo termasuk ikan yang mampu hidup pada kondisi kualitas air yang jelek
sekalipun, asalkan air tidak tercemar oleh limbah kimia berbahaya. Karena
kemampuannya hidup pada perairan yang terbatas sekalipun, maka sering induk
lele dumbo ini dipelihara pada bak atau wadah yang airnya tidak mengalir.
Agar
lele dumbo dapat hidup dengan nyaman yang perlu diperhatikan adalah volume atau
ketinggian air wadah jangan sampai berkurang. Ketinggian air sebaiknya
dipertahankan minimal 75 cm agar induk tidak mudah stres oleh gangguan dari
lingkungan sekitar seperti suara bising, lalu-lalang orang, dan sebagainya.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering mengganggu induk lele dumbo adalah berupa
biawak, ular, dan ikan-ikan predator seperti gabus, belut, atau dari
teman-temannya sejenis yang berukuran lebih besar. Predator umumnya mengganggu
apabila pada lingkungan perairan tidak tersedia cukup pakan, sehingga
terjadilah pemangsaan kepada ikan yang lebih kecil. Sedangkan penyakit relatif
jarang menyerang. Namun jenis-jenis jamur Saprolegnia sp,
kadang-kadang sering menyerang, terutama sehabis indukinduk ikan selesai
memijah. Biasanya jamur menyerang apabila terdapat luka pada tubuh induk ikan.
Pemilihan Induk Matang Gonad
Tidak
semua induk yang dipelihara dapat dipijahkan. Hal ini disebabkan karena belum
tentu semua induk telah matang kelamin dan siap dipijahkan. Sebelum dipijahkan,
induk jantan dan betina dipilih sesuai dengan persyaratan. Salah satu
persyaratan yang mutlak adalah induk telah berumur 1 tahun, baik jantan maupun
betina. Pemilihan induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam induk, baik
kolam induk jantan maupun betina, sehingga induk-induk lele dumbo akan
terkumpul. Selanjutnya induk-induk tersebut ditangkap dengan menggunakan seser
dan ditampung dalam wadah seperti drum/tong plastik.
0 komentar:
Posting Komentar