04 Juli 2010
PENERAPAN PUPUK ORGANIK DI KARAWANG
Diposting oleh Encum Nurhidayat di 09.37I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di
ekosistem beberapa komponen kehidupan membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai
tersebut akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga harus dilestarikan.
Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan,
pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala
yang mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna bahan kimia dan bahan an-organik
lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat
Lahan Demonstrasi Penerapan Pertanian Organik merupakan salah satu
fasilitas dalam proses belajar yang sangat menentukan. Lahan yang
digunakan adalah lahan milik petani/ kelompok tani peserta yang lokasi dan
tata letaknya sesuai persyaratan suatu petak demontrasi. Luas lahan
demonstrasi ditentukan seluas ± 15 Ha yang dikelola bersama dengan
perlakuan yang sama, yaitu sesuai ketentuan/syarat-syarat penerapan
pertanian organik. Pola pertanian organik/pertanian ramah lingkungan yang
akan diterapkan disesuaikan dengan keadaan dan kesesuaian di masingmasing
lokasi, antara lain :
1. Pola SRI
a. Pengolahan Lahan dan Pemupukan
· Pengolahan tanah dilakukan sebayak 3 kali, yaitu pembajakan, penggaruan, dan perataan tanah (ngangler). Setelah pembajakan
selesai, pupuk organik ditaburkan secara merata dengan dosis rata-rata 7.000 kg/ha atau sesuai kebutuhan setempat berdasarkan
analisis tanah dan analisis pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang bukan berasal dari kotoran ayam ras, tapi
merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik (bokasi).
· Pada saat dilakukan penggaruan dan pertaan tanah (ngangler) keadaan air macak-macak harus dipertahankan (pintu pemasukan dan
pengeluaran air ditutup) agar tanah dan unsur hara tidak terbawa hanyut.
· Setelah selesai perataan tanah dibuat saluran air tengah dan saluran air pinggir di sekeliling pematang.
II. PENGERTIAN, BATASAN, DAN PRINSIP DASAR PERTANIAN ORGANIK
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Kegiatan usahatani secara menyeluruh dari proses produksi sampai proses pengolahan hasil yang dikelola secara alami dan ramah
lingkungan tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetic sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.
2.2 Batasan Pertanian Organik
Sistem usahatani bisa dikatagorikan pertanian organik apabila :
a. Lokasi, lahan dan tempat penyimpanan harus terpisah secara fisik dengan batas alami dari pertanian non organik.
b. Masa konversi lahan dari pertanian non organik menjadi pertanian organik diperlukan waktu 12 bulan untuk tanaman musiman dan 18
bulan untuk tanaman tahunan.
c. Bahan tanaman ( Benih/bibit) bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik ataupun
zat pengatur tumbuh.
d. Media tumbuh tidak menggunakan bahan kimia sintetik
e. Perlindungan tanaman tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem tanam/pola tanam , pestisida nabati,
agens hayati dan bahan alami lainnya.
f. Pengelolaan produk harus terpisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive.
III. PROSPEK PERTANIAN ORGANIK
Prospek pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang usaha yang sangat baik dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk
menkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin meningkat. Konsumen yang baik bukan hanya memperhatikan porsi yang
ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampak-dampaknya.
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding dengan budidaya pertanian biasa. Beberapa kriteria yang
mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan, warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung
residu bahan-bahan kimia.
Produk pertanian yang tidak mengandung residu bahan kimia berbahaya disukai konsumen saat ini dan masa mendatang, karena
masyarakat yang telah memahami tentang kesehatan akan memilih dan mengkonsumsi makanan yang tidak merugikan kesehatan
tubuh.
Dalam proses penerapan budidaya pertanian organik memang agak sulit dibandingkan dengan budidaya biasa yang menggunakan
bahan kimia (anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan pertanian organik harus mempunyai jiwa juang dan cinta
terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau mengenal alam dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang
sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan mengembangkan sumber-sumber daya yang ada ditempat itu.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah pemahaman tentang makhluk hidup dalam hubungannya
dengan lingkungan, sehingga mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.
Sistem usahatani yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah lainnya, karena berkaitan dengan varietas yang
ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan tanah, suhu, kelembaban, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu jenis
hama dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam, perlakuan budidaya dan pengaruh lingkungan
setempat, sehingga kita harus menyesuaikan keadaan setempat untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan
tumbuhan, binatang, mikroorganisme, tanah, udara dan unsur-unsur yang lainnya.
menjawab tantangan kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam proses budidaya
tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang
pembelahan sel atau meningkatkan aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah
didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Hasil yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi
jika kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keherhasilan tersebut terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya
pencemaran lingkungan dan produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan sangat terasa
bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida antara lain dapat mencemari tanah disertai
matinya beberapa organisme perombak tanah, mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut
dapat bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama. Dari hal ter sebut yang tidak kalah
menariknya untuk kita renungkan adalah bahan aktif pestisida yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi dapat meracuni kita dan
akan terakumulasi di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah bahan kimia tersebut,
misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah,
daun, bunga, umbi dan lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang berkepanjangan pada suatu areai pertanian akan
menurunkan produktifitas lahan itu sendiri. Dengan demikian tujuan yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas lahan pertanian
justru terbalik, bahkan akan menjadikan bumerang bagi kita.
Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang
mempertahankan keseimbangan lingkungan. Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar adalah
Pertanian Organik. Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan
keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai
makhluk hidup.
1.2 Tujuan
Tujuan utama pertanian organik, antara lain :
· Menghasilkan pangan berkualitas tinggi yang bebas residu pestisida, residu pupuk kimia organik sistetik, dan bahan kimia lainnya untuk
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat
· Melindungi dan melestarikan keragaman hayati agar dapat berfungsi secara alami dalam mempertahankan interaksi di ekosistem
pertanian sesuai sistem alami
· Memasyarakatkan kembali budidaya organik untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan guna menunjang sistem
usahatani yang berkelanjutan
· Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan
pencemaran lingkungan sehingga petani dapat memperhitungkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan pertanian organik dan
pengolahannya
· Mendorong meningkatnya siklus biologi dalam sistem usahatani dengan melibatkan tanah, tanaman, ternak, flora dan fauna dalam
ekosistem
· Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang secara berkelanjutan
· Efisiensi penggunaan air
· Memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya alam secara lokalita untuk mendukung sistem pertanian organik
· Mengembangkan keseimbangan yang harmonis antara produksi pertanian dan peternakan
IV. TEKNOLOGI PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK
Proses belajar dalam pelaksanaan kegiatan Penerapan Pertanian Organik diwujudkan dalam bentuk fasilitasi kegiatan Demonstrasi
Penerapan Pertanian Organik. Penerapan pertanian organik pada tahap awal dapat mengacu ke sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) atau ke Sistem Rice Intensification (SRI). Dari sistem tersebut dapat dipilih dan diaplikasikan di tingkat lapangan sesuai dengan
keadaan/ kebutuhan di masing-masing lokasi, dengan gambaran sebagai berikut :
a) Dasar Pemikiran Sistem PTT
b) Dasar Pemikiran SRI
Lahan Demonstrasi Penerapan Pertanian Organik merupakan salah satu
fasilitas dalam proses belajar yang sangat menentukan. Lahan yang
digunakan adalah lahan milik petani/ kelompok tani peserta yang lokasi dan
tata letaknya sesuai persyaratan suatu petak demontrasi. Luas lahan
demonstrasi ditentukan seluas ± 15 Ha yang dikelola bersama dengan
perlakuan yang sama, yaitu sesuai ketentuan/syarat-syarat penerapan
pertanian organik. Pola pertanian organik/pertanian ramah lingkungan yang
akan diterapkan disesuaikan dengan keadaan dan kesesuaian di masingmasing
lokasi, antara lain :
1. Pola SRI
a. Pengolahan Lahan dan Pemupukan
· Pengolahan tanah dilakukan sebayak 3 kali, yaitu pembajakan, penggaruan, dan perataan tanah (ngangler). Setelah pembajakan
selesai, pupuk organik ditaburkan secara merata dengan dosis rata-rata 7.000 kg/ha atau sesuai kebutuhan setempat berdasarkan
analisis tanah dan analisis pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang bukan berasal dari kotoran ayam ras, tapi
merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik (bokasi).
· Pada saat dilakukan penggaruan dan pertaan tanah (ngangler) keadaan air macak-macak harus dipertahankan (pintu pemasukan dan
pengeluaran air ditutup) agar tanah dan unsur hara tidak terbawa hanyut.
· Setelah selesai perataan tanah dibuat saluran air tengah dan saluran air pinggir di sekeliling pematang.
b. Pesemaian
Pesemaian dibuat sesuai dengan kebutuhan dan pola/sistem tanam yang akan digunakan yaitu :
- Pesemaian dilakukan pada baki/pipiti/bak kecil terbuat dari kayu
- Benih : 10 – 15 Kg/ha, benih bukan berasal dari hasil rekayasa genetika dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia sintetik
ataupun zat pengatur tumbuh dan bahan lain yang mengandung additive.
- Media : campuran tanah dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1
- Umur pesemaian 8 – 10 HSS
c. Penanaman
Penanaman disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing lokasi, seperti :
- Umur benih : 8 – 10 HSS
- Jumlah tanam/lubang : 1 batang/tunas
- Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan setempat (20 cm x 20 cm, 22,5 cm
x 22,5 cm, 25 cm x 25 cm)
Untuk memudahkan dalam pemeliharaan, menekan persaingan unsur hara dan
cahaya, dianjurkan menggunakan tanam sistem legowo 2 : 1, 3 : 1 atau 4 : 1.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau terkserang
OPT yang bersifat sistemik (virus) dengan menggunakan varietas dan umur yang
sama (tanaman cadangan).
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang sangat penting diperhatikan adalah pengaturan air, penyiangan, dan pengendalian OPT , yaitu :
- Pemberian air harus diatur dengan menggunakan saluran pengairan keliling pematang dan saluaran bedengan sehingga keadaan
tanah tidak tergenang, tapi hanya lembab dengan tujuan menghemat air, memberikan kesempatan pada akar untuk mendapatkan
udara (O2) sehingga dapat berkembang lebih dalam, mencegah terjadinya keracunan besi (Fe), dan mencegah penimbunan asam
organik dan H2S yang dapat menghambat perkembangan akar.
- Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan agar tidak terjadi kompetisi anatara gulma dengan tanaman.
- Pengendalian OPT tidak menggunakan bahan kimia sintetik, tapi berupa pengaturan sistem budidaya, pestisida nabati, agens
hayati dan bahan alami lainnya.
f. Panen
Pengelolaan produk harus dipisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive.
2. Pola PTT
a. Pengolahan Lahan dan Pemupukan
· Pengolahan tanah dilakukan sebayak 3 kali, yaitu pembajakan, penggaruan, dan perataan tanah (ngangler). Setelah pembajakan
selesai, pupuk organik ditaburkan secara merata dengan dosis rata-rata 2.500 – 3.000 kg/ha, serta pengembalian jerami setelah
melalui proses pengomposan atau ditambah pupuk NPK sesuai kebutuhan tanaman yang jumlahnya berdasarkan analisis tanah dan
analisis pupuk organik. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang bukan berasal dari kotoran ayam ras, tapi merupakan
pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi bahan organik (bokasi).
· Pada saat dilakukan penggaruan dan pertaan tanah (ngangler) keadaan air macak-macak harus dipertahankan (pintu pemasukan dan
pengeluaran air ditutup) agar tanah dan unsur hara tidak terbawa hanyut.
· Setelah selesai perataan tanah dibuat saluran air tengah dan saluran air pinggir di sekeliling pematang.
b. Pesemaian
Pesemaian dibuat sesuai dengan kebutuhan, antara lain :
- Luas pesemaian : 4 % dari luas lahan pertanaman dengan cara membuat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 1,0-1,2 m,
panjang disesuaikan keadaan petakan, tinggi permukaan tanah 10-15 cm
- Lahan pesemaian dipupuk dengan pupuk organik 2 kg/m2
- Benih : 15 – 18 Kg/ha, benih bukan berasal dari hasil rekayasa genetika (transgenik) dan tidak diperlakukan dengan bahan kimia
sintetik ataupun zat pengatur tumbuh dan bahan lain yang mengandung additive.
- Umur pesemaian 15 – 20 HSS
c. Penanaman
Penanaman disesuaikan dengan kebutuhan dan pola/sistem tanam yang akan digunakan, yaitu :
- Umur benih : 15 – 20 HSS
- Jumlah tanam/lubang : 3 batang/tunas
- Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan setempat (20 cm x 20 cm, 22,5 cm x 22,5 cm, 25 cm x 25 cm)
Untuk memudahkan dalam pemeliharaan, menekan persaingan unsur hara dan cahaya, dianjurkan menggunakan tanam sistem legowo 2
: 1, 3 : 1 atau 4 : 1.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang mati atau terkserang OPT yang bersifat sistemik (virus) dengan menggunakan
varietas dan umur yang sama (tanaman cadangan).
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang sangat penting diperhatikan adalah pengaturan air, penyiangan, dan pengendalian OPT :
- Pemberian air harus diatur dengan menggunakan pengairan berselang (intermitten) dengan tujuan menghemat air, memberikan
kesempatan pada akar untuk mendapatkan udara (O2) sehingga dapat berkembang lebih dalam, mencegah terjadinya keracunan besi
(Fe), dan mencegah penimbunan asam organik dan H2S yang dapat menghambat perkembangan akar.
- Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan agar tidak terjadi kompetisi anatara gulma dengan tanaman.
- Pengendalian OPT mengacu pada konsep PHT.
f. Panen
Pengelolaan produk harus dipisah dari produk non organik dan tidak menggunakan bahan yang mengandung additive.
V. SARANA UTAMA PENERAPAN PERTANIAN ORGANIK
5. 1 Pupuk Organik
5.1.1 Jenis Pupuk Organik dan Teknologi Pembuatan Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan alami yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dan dirombak dengan
bantuan microorganisme dekomposer seperti bakteri dan cendawan menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses
perombakan bahan organik menjadi pupuk organik itu dapat berlangsung secara alami atau buatan.
Penggunaan pupuk organik dalam proses budidaya tanaman sudah dilakukan sejak dulu oleh nenek moyang kita, baik secara sengaja
seperti pemanfaatan kotoran ternak/pupuk kandang atau secara tidak sengaja, yaitu adanya seresah yang tertimbun dan akhirnya menjadi
humus. Proses alami yang terjadi sebagai anugrah, terus dipelajari dan dilaksanakan pengembangan teknologi sehingga prosesnya menjadi
lebih cepat bila dibandingkan berjalan murni secara alami.
Bukan suatu teknologi yang tertinggal apabila kita meninjau kembali adanya komponen-komponen organik sehagai bahan bahan
yang dapat membantu memperbaiki ekosistem pertanian, justru merupakan suatu tantangan dan kewajiban bagi kita untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang telah terjadi. Adanya pengolahan dan pengembalian sisa-sisa tumbuhan dan bahan organik
lainnya menjadi substrat penyusun tanah dengan cara pembuatan pupuk-pupuk organik, adalah langkah yang mulia dalam proses
kehidupan manusia.
Penambahan pupuk organik pada sistem pertanian organik adalah sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah (stuktur
dan tekstur tanah), sifat kimia tanah (sumber paling utama tersedianya hara tanah, karena unsur hara yang terkandung jenisnya lengkap),
juga dapat dapat memperbaiki sifat biologi tanah (media hidup mikroorganisme tanah yang bermanfaat).
Secara umum Peranan/Fungsi Pupuk Organik, adalah sebagai berikut :
· Meningkatkan kemampuan tanah menjerap air
· Meningkatkan kemampuan tanah menjerap nutrisi
· Memperbaiki aerasi tanah
· Sumber unsur hara tanaman yang lengkap
· Sumber energi dan media hidup mokroorganisme tanah
· Memperbaiki warna tanah
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa air saringan dari pupuk padat,
dimaksudkan agar penggunaannya lehih mudah tidak mengandung kotoran dan sekaligus untuk menjaga kelembaban tanah. Pupuk
padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya adalah berpengaruh positif terhadap
tanah, jika pemberiannya setelah pupuk itu matang.
A. PUPUK ORGANIK PADAT (KERING)
1. Pupuk Hijau
Pupuk hijau merupakan pupuk yang bahannya berasal dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah.
Jenis tanaman yang banyak digunakan dan memang lebih baik kualitasnya dibanding tanaman lain adalah jenis/familia Leguminoceae.
Jenis tanaman tersebut mengandung unsur hara yang lehih baik, terutama unsur Nitrogen dibanding tanaman lain. Jenis tanaman
leguminosa mempunyai daya serap hara yang lebih besar dan mempunyai bintil akar. Di dalam metabolismenya bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium yang dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.
Keuntungan yang didapat jika menggunakan pupuk hijau :
a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air.
b. Mencegah adanya erosi
c. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk anorganik.
d. Manfaat lain spesies pupuk hijau dapat dijadikan sebagai pakan ternak, kayu bakar bahkan sebagai makanan manusia.
Syarat-syarat tanaman pupuk hijau yang akan di pilih adalah sebagai berikut :
· Menghasilkan banyak biomas.
· Dapat menekan dan mengendalikan gulma.
· Prosentase produksi daun lebih besar dari pada bagian yang berkayu.
· Mempunyai kemampuan kemampuan mengikat nitrogennya tinggi dan melepaskan nutrisi pada tanah.
· Berumur pendek, cepat tumbuh, mempunyai kemampuan megakumulasi hara.
Tanaman yang berfungsi sebagai pupuk hijau, selain tanaman kacang-kacangan/polong-polongan, jenis rumput-rumputan (
rumput gajah ), dan Azolla juga baik sebagai bahan pupuk hijau. Tanaman pupuk hijau yang cocok ditanam pada lahan pematang tanaman
padi maupun lahan-lahan yang kosong, sedangkan Azolla adalah merupakan jenis tanaman pakuan air yang hidup di perairan. Seperti
halnya tanaman leguminosae, Azolla mampu menambat N2 udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di
dalam rongga daun Azolla. Menurut Khan (1983), kemampuan Azolla mengikat N2 dari udara berkisar antara 400 – 500 kg N/ha/tahun.
Azolla berkembang Sangat cepat dan dapat menghasilkan biomassa sebanyak 10-15 ton/ha dengan C/N ratio 12 – 18, sehingga dalam
waktu satu minggu Azolla telah terdekomposisi dengan sempurna.
Cara membuat pupuk hijau :
Gali tanah sebagai tempat bakal pupuk yang ukurannya disesuaikan dengan
volume bahan yang akan dipendam. Pupuk hijau dibiarkan di dalam tanah kurang lebih
empat minggu atau menunggu pupuk benar-benar sudah siap dipakai. Untuk
mempercepat proses pembusukan sebaiknya bahan dicincang kecil-kecil.
2. Pupuk Kompos.
Pupuk kompos merupakan pupuk yang bahannya berasal dari pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah tidak
terpakai, misalnya jerami kering, bonggot jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lainlain
Pada teknis pembuatan pupuk dari serasah memerlukan bio activator untuk mengoptimalkan peran mikroorganisme
decomposer agar proses perombakan berjalan cepat, kotoran ternak dan hijauan sebagai bahan tambahan. Selain itu kotoran ternak
setelah terinkubasi merupakan bahan yang mengandung banyak unsur hara.
Sumber pupuk organik yang berasal dari jerami padi sangat baik untuk dikelola dan dimanfaatkan di lahan sawah, sehingga tidak
berlebihan apabila ada petani yang membakar jerami di sawahnya merupakan tindakan yang sangat keliru karena akan terjadi proses
pentandusan tanah secara perlahan. Kandungan hara yang terdapat pada jerami, antara lain seperti pada tabel di bawah ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
semoga apa yg di cita-citakan terlaksana, amin....
ya...ya...ya
Posting Komentar