12 Februari 2015

PENGEMBANGBIAKAN IKAN

Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari proses budidaya ikan.  Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan.  Dalam bab ini akan dibahas beberapa materi yang terkait dalam proses pengembangbiakan ikan antara lain adalah seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih ikan, pembesaran ikan dan pemanenan.


SELEKSI INDUK

Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi.  Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal.  Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemulia biakan ikan budidaya.

Induk ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul.  Di Indonesia saat ini belum ada tempat sebagai pusat induk ikan  yang menjamin keunggulan setiap jenis ikan.  Induk ikan yang unggul pada setiap kegiatan usaha budidaya ikan dapat berasal dari hasil budidaya atau menangkap ikan dalam. Karakteristik induk yang unggul untuk setiap jenis ikan sangat berbeda.  Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah :

  • Mengetahui asal usul induk
  • Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif.  
  • Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetic.  Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi.  
  • Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah
Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi.   Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan.  Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan.   Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul, dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas.  Produktivitas dalam budidaya ikan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu :

  1. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan budidaya.
  2. Intensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap factor internal dan eksternal. 

Dengan bertambahnya jumlah penduduk sepanjang tahun dan jumlah lahan budidaya yang tidak akan bertambah jumlahnya, maka untuk meningkatkan produktivitas budidaya masa yang akan datang lebih baik menerapkan budidaya ikan yang intensif dengan memperhatikan aspek ramah lingkungan. Program intensifikasi dalam bidang budidaya ikan dapat dilakukan antara lain adalah :

  1. Rekayasa faktor eksternal yaitu lingkungan hidup ikan dan pakan, contoh yang sudah dapat diaplikasikan adalah budidaya ikan pada kolam air deras dan membuat pakan ikan ramah lingkungan. 
  2. Rekayasa faktor internal yaitu melakukan rekayasa terhadap genetik ikan pada level gen misalnya transgenik, level kromosom misalnya Gynogenesis, Androgenesis, Poliploidisasi, level sel misalnya dengan melakukan transplantasi sel.
  3. Rekayasa faktor eksternal dan internal yaitu menggabungkan antara kedua rekayasa eksternal dan internal.
Oleh karena itu agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan harus dilakuka seleksi terhadap ikan yang akan digunakan.  Seleksi menurut Tave (1995) adalah program breedi yang memanfaatkan phenotip variance (keragaman fenotipe) yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya. Keragaman fenotipe merupakan penjumlahan dari keragaman genetik, keragaman lingkungan dan interaksi antvariasi lingkungan dan genet Seleksi merupakan aplikasi genetic dimana informasi genetik dapat digunakan untuk melakukan seleksi.  Seleksi ikan yang paling mudah dilakukan oleh para pembudidaya ikan adalah melakukan seleksi fenotipe dibandingkan dengan seleksi genotipe.  Seleksi fenotif dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu seleksi fenotipe kualitatif dan seleksi fenotipe kuantitatif.

Menurut Tave (1986), seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat kualitatif seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk tubuh dan bentuk punggung dan sebagainya yang diinginkan.   Fenotipe kualitatif ini merupakan sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dikelompokkan secara tegas.  Sifat dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan,  Sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif adalah seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat yang dapat diukur, dikendalikan oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan.   Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur antara lain adalah panjang tubuh, bobot, persentase daging, daya hidup, kandungan lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya.

Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifat-sifat yang tampak.   Menurut Yatim (1996), genotipe menentukan karakter sedangkan lingkungan menetukan sampai  dimana tercapai potensi itu.  Fenotipe tidak bisa melewati kemampuan atau potensi genotipe.

Yang dimaksud dengan karakter itu adalah sifat fisik dan psikis bagian-bagian tubuh atau jaringan. Karakter diatur oleh banyak macam gen, atau satu gen saja.   Berhubung dengan banyaknya gen yang menumbuhkan karakter maka dibuat dua kelompok karakter yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif.   Karakter kualitatif adalah karakter yang dapat dilihat ada atau tidaknya suatu karakter. Karakter ini tidak dapat diukur atau dibuat gradasi (diskontinyu).  Sedangkan karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat diukur nilai atau derajatnya, sehingga ada urutan gradasi dari yang rendah sampai yang tinggi (kontinu).   Karakter kuanlitatif ditentukan oleh satu atau dua gen saja sedangkan karakter kuantitatif disebabkan oleh banyak gen (tiga atau lebih).  Dengan melakukan seleksi maka akan menghasilkan suatu karakter yang mempunyai nilai ekonomis penting dan karakter fenotipe yang terbaik sesuai dengan keinginan para pembudidaya.

Untuk mendapatkan induk ikan yang unggul dilakukan program seleksi dengan menerapkan beberapa program pengembangbiakan antara lain dengan kegiatan selective breeding,  hibridisasi/ outbreeding/crossbreeding, inbreeding, monoseks/seks reversal atau kombinasi beberapa program breeding.   Dalam bab ini akan dibahas semua program breeding tersebut sehingga dalam budidaya ikan akan diperoleh hasil baik induk dan benih yang unggul.   Induk yang unggul akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan memelihara benih unggul proses budidaya akan menguntungkan dengan melihat laju pertumbuhan ikan yang optimal sehingga produktivitas budidaya ikan akan meningkat.


Selective breeding

Selective breeding adalah suatu program breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemulia biakan (breeding value) dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan perkawinan hanya pada ikan-ikan yang terbaik.  Hasil yang akan diperoleh adalah induk yang terseleksi yang mempunyai karakteristik lebih baik dari populasi sebelumnya.   Selective breeding menurut Tave (1995) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
  1. Seleksi individu/massa
  2. Seleksi famili
Pada ikan teknik seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu seleksi massa/individu dan seleksi famili.  Seleksi induk secara individu ini disebut juga dengan seleksi massa.  Seleksi massa/individu adalah seleksi yang dilakukan dengan memilih individu-individu dengan performan terbaik.   Seleksi ini merupakan teknik seleksi yang paling sederhana dengan biaya lebih murah dibandingkan seleksi lainnya.  Hal ini dikarenakan pada seleksi individu hanya memerlukan fasilitas dan peralatan sedikit (kolam jaring, hapa dan lain-lain) pencatatan data lebih singkat sehingga akan lebih mudah dilakukan.   Seleksi individu dapat diterapkan pada ikan nila jika nilai heritabilitas ikan nila ini lebih besar dari 0,25, waktu pemijahan harus bersamaan dan culling top 5 – 10% (Tave, 1995).  Induk yang baik secara alami dapat dihasilkan melalui seleksi secara ketat dan tepat terhadap sekelompok ikan, pengalaman menunjukan bahwa untuk mendapatkan induk 50 ekor yang sesuai criteria diperlukan 2000 ekor calon induk.

Seleksi famili adalah seleksi dengan mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak (half sib) atau saudara sekandung (full sib).  Saudara tiri sebapak adalah keluarga (famili) yang dibentuk oleh sekelompok anak yang berasal dari satu bapak dengan beberapa induk betina (Half sib), karena pada ikan satu induk jantan dapat membuahi lebih dari satu induk betina, maka anak-anak yang dihasilkan dari bapak yang sama dengan induk betina yang berbeda ini disebut dengan saudara tiri sebapak.  Sedangkan setiap keluarga/famili yang berasal dari satu bapak dengan satu induk disebut saudara sekandung (full sib), dan pada ikan budidaya ada juga yang melakukan perkawinan dimana satu jantan hanya membuahi satu induk betina. Seleksi famili dapat diterapkan untuk ikan jika nilai  heritabilitas ikan tersebut lebih kecil atau sama dengan 0,15.  Seleksi famili merupakan alternatif seleksi yang dapat dilakukan apabila pengaruh lingkungan sulit dikontrol.   Dalam seleksi famili ada dua jenis seleksi yaitu seleksi dalam family (within-family) dan seleksi diantara famili (between family). Seleksi within family sebaiknya diterapkan untuk seleksi pertumbuhan pada ikan , karena masing-masing family dipelihara pada kolam terpisah dan ikan dengan pertumbuhan terbaik dipilih dari masing-masing famili, sehingga semua famili akan terwakili. Cara ini dilakukan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi adanya perbedaan umur akibat tidak terjadinya proses pemijahan secara serempak.  Dari hasil penelitian pada ikan nila, diantara ketiga teknik seleksi yaitu seleksi individu, seleksi within family dan between family ternyata seleksi within family lebih efisien hasilnya dibandingkan dengan seleksi individu atau between family.


Pada saat akan membudidayakan ikan setiap pembudidaya harus sudah memahamii karakter fenotipe setiap individu ikan yang akan dibudidayakan dengan memperhatikan ciri-ciri morfologinya. Ciri-ciri morfologi setiap ikan budidaya yang harus diamati adalah karakter morfometrik dan karakter meristik. Karakter morfometrik adalah bentuk tubuh dari setiap ikan budidaya seperti panjang total tubuh, panjang standar,  panjang kepala, tinggi badan dan lain-lain, sedangkan karakter meristik yang dapat diukur antara lain adalah jumlah sisik pada linea lateralis, jumlah jari-jari sirip punggung, jumlah jari-jari lemah sirip dada, jumlah jari-jari lemah sirip perut,  jumlah jari-jari sirip dubur, jumlah tapis insang pada lengkung insang bagian luar (gill racker), jumlah vertebrae dan jumlah tulang rusuk. Dengan memahami karakterkarakter yang harus dipunyai oleh induk ikan yang unggul berdasarkan karakteristik setiap jenis ikan

Aplikasi seleksi induk pada budidaya

Dalam aplikasi budidaya para petani ikan biasanya melakukan pemeliharaan terhadap induk ikan yang diperoleh dari hasil budidaya dengan cara induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah. Hal ini lebih memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan dan yang terpenting dapat mencegah terjadinya memijah diluar kehendak “mijah maling”.  Kolam induk berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan pematang dari tembok.  Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk pemeliharaan induk.   Biasanya kolam induk hanya disesuaikan dengan kondisi lahan dan keuangan. Untuk memudahkan dalam pengelolaan dan efisiensi penggunaan kolam, maka luas kolam induk jantan dan betina masing-masing berkisar 15 –30 meter persegi.  Setiap kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air.  Di kedua saluran ini biasanya dilengkapi dengan saringan agar induk-induk tersebut tidak keluar atau kabur.  Kepadatan penebaran induk antara 3 – 4 kg/m2, sedangkan ketinggian air dikolam induk antara 60 – 75 cm.  Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk di beri pakan bergizi.  Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet sebanyak 3 – 5 % perhari dari bobot induk yang dipelihara.  Ada juga induk ikan yang diberikan pakan berupa limbah peternakan ayam (ayam yang mati) yang dibakar atau direbus terlebih dahulu.


Seleksi Induk Ikan Lele

Seleksi induk ikan lele secara umum di mulai dari ikan ukuran benih (5-10cm ).  Benih ikan yang baik untuk induk di pilih dengan ciri-ciri antara lain adalah memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, tidak cacat, gerakan lincah dan memiliki bentuk tubuh yang baik.  Benih/calon induk tersebut dipelihara di dalam kolam dengan baik, selanjutnya calon induk tersebut dilakukan seleksi induk secara berkala sampai mendapat induk yang benar-benar baik dan sesuai dengan kebutuhan. 

Kegiatan pembenihan ikan lele diawali dengan seleksi induk.  Induk yang akan dipilih adalah induk jantan dan betina yang matang gonad.  Ciri-ciri induk betina ikan lele adalah genital papilla berbentuk bundar (oval), bagian perut relatif lebih besar, gerakanlambat, jika di raba bagian perut terasa lembek dan alat kelamin berwarna kemerah merahan, sedangkan induk jantan dicirikandengan genitalnya meruncing kearah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna kemerahan selain itu ada perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan.

Induk  yang sudah dipilih berdasarkan matang gonadnya, kemudian diberok (dipuasakan)  selama 2 hari.  Selama pemberokan induk jantan dan betina dipisahkan.  Tujuan dari pemberokan ini adalah untuk mengurangi kandungan lemak pada tubuh ikan.  Hal ini disebabkan lemak pada tubuh ikan dapat menghambat ovulasi telur pada betina dan pengeluaran sperma pada induk jantan.  Induk yang akan diberok dipisahkan antara induk jantan dan betina.  Hal ini bertujuan untuk menghindari mijah maling.

Selain itu, pemisahan induk tersebut bertujuan mempercepat pemijahan ikan.  Ciri-ciri induk betina lele dumbo yang  siap untuk dipijahkan sebagai berikut:

  • Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek.  
  • Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.  
  • Ikan bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar.  
  • Gerakannya lambat.
Ciri-ciri induk jantan lele dumbo jantan yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut :

  • Alat kelamin tampak jelas memerah   
  • Warna tubuh agak kemerah merahan
  • Tubuh ramping dan gerakannya lincah.

Seleksi induk ikan Mas

Induk ikan Mas yang akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam tempat  yang terpisah antara jantan dan betina agar pertumbuhan induk ikan opimal dan tidak terjadi perkawinan yang tidak diinginkan. Dalam pemeliharaan induk ikan Mas harus dilakukan dengan baik dan benar agar diperoleh induk yang siap dan unggul untuk dikawinkan. 

Pemeliharaan induk ikan Mas merupakan salah satu aspek penting yang harus dilaksanakan dalam program pengembangbiakan ikan Mas.  Induk ikan Mas yang dipelihara dengan baik akan menghasilkan telur dan benih ikan dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan.

Induk ikan yang baik sebaiknya dipelihara dari masa benih, hal tersebut dapat dilihat dari gerakan yang incah, tumbuh bongsor, sehat dan mempunyai nafsu makan yang baik.   Pemeliharaan benih calon induk sebaiknya dilakukan sejak pemanenan, benih umur 1 bulan. Dalam pemeliharaan calon induk ini harus diberi pakan yang cukup dan bergizi.  Calon-calon induk yang dipelihara tersebut selanjutnya diseleksi kembali pada saat berukuran 100-200 gram.  Calon induk jantan dan betina dipilih berdasarkan ciri-iri morfologisnya yang baik, diantaranya adalah:
  • Calon induk harus mempunyai karakter morfologis dengan kriteria sebagai berikut: bentuk tubuh kekar, pangkal ekor kuat dan lebar, sisik besar dan teratur, warna cerah, kepala lancip dan lebih kecil dari lebar tubuh (1 : 1,5), daerah perut melebar dan datar, badan tebal dan berpunggung tinggi. 
  • Calon induk harus berasal dari keturunan yang berbeda, baik jantan maupun ikan betina
  • Calon induk harus mempunyai sifat cepat tumbuh, sehat, tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan serta responsive terhadap pakan.

Calon-calon induk yang telah di seleksi dipelihara di kolam pemeliharaan induk sampai siap untuk dipijahkan.  Agar diperoleh induk yang berkualitas dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang maksimal, yang harus diperhatikan adalah:

  • Pemeliharaan pakan yang teratur, pakan yang diberikan harus mempunyai kadar protein 30-35%, jumalah pakan yang diberikan per hari berkisar antara 2-3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-3 kali.
  • Kondisi kolam pemeliharaan harus optimal, yaitu kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm, suhu air berkisar 25-300 C dan air tidak tercemar.
  • Padat penebaran calon induk berkisar antara 0,1 kg/m2 – 0,25kg/m2

Calon-calon induk tersebut dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dipijahkan.  Induk ikan Mas jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan ikan Mas betina.  Umur ikan Mas jantan 10-12 bulan dengan bobot 0,6-0,75 kg sudah sampai matang kelamin, sedangkan induk betina yang ideal mencapai matang gonad pada umur 1,5-2 tahun dengan berat 2-3 kg.  Induk ikan Mas yang akan dipijahkan harus benar-benar dapat dibedakan antara jantan dan betina.  Adapun  ciri-ciri induk jantan dan betina ikan Mas dapat dilihat pada Tabel 4.1.


Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Mas

No
Jantan 
Betina
1
Sirip dada relatif panjang, jari-jarluar tebal

Sirip dada relatif pendek, lunalemah, jari-jari luar tipis

2
Lapisan sirip dada kasar
Lapisan dalam sirip dada licin
3
Kepala tidak melebar
Kepala relatif kecil, bentuk agak
Meruncing
4
Tubuh lebih tipis/langsing
ramping dibandingkan betinapada umur yang sama

Tubuh lebih tebal/gemukdibandingkan jantan pada umur
yang sama

5
Gerakannya gesit
Gerakannya lamban dan jinak
6
Sehat dan tidak cacat
Sehat dan tidak cacat
7
Sisik teratur dan warna cerah
Sisik teratur dan warna cerah

Induk ikan Mas jantan dan betina harus dipelihara dalam kolam yang terpisah agar ikan cepat matang kelamin dan tidak terjadi perkawinan liar.  Induk yang dipelihara dengan  baik akan dapat mencapai matang gonad.  Adapun ciri-ciri induk ikaMas yang matang gonad dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gamba4.3 dan Gambar 4.4.

Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Matang Gonad

No
Jantan 
Betina
1
Tubuh ramping
Perut membulat dan lunak jikadiraba
2
Mengeluarkan cairan putih/
sperma bila perut ditekan ke arah anus
Genital papilla mengembang,
agak terbuka dan berwarna
kuning kemerahan
3

Lubang anus melebar danmenonjol (agak membengkak)


Seleksi induk ikan nila

Pengelolaan induk dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu factor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan.

Pengelolaan induk dilakukan atas dasar sifat induk dan kebutuhan  induk agar mampu hidup dan berkembang-biak secara optimal.  Ruang lingkup pengelolaan induk dengan mengacu pada ketercapaian efisiensi suatu usaha pembenihan ikan dapat di kelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu pengadaan induk, pemeliharaan calon induk, dan peningkatan mutu induk atau mempertahankan mutu induk.

Untuk dapat mencapai efisiensi suatu usaha pembenihan, dalam pengadaan induk ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu kuantitas calon induk dan kualitas calon induk.  Perhitungan untuk menentukan berapa jumlah induk yang harus tersedia dalam suatu unit pembenihan, agar dapat menghasilkan benih sesuai dengan peluang atau pangsa pasar yang ada, maka dalam menghitung jumlah induk harus mempertimbangkan 4 aspek yaitu :

  • Skala usaha, yaitu satuan unit usaha terkecil dalam pembenihan ikan nila yang secara ekonomis masih mampu memberikan efisiensi dan keuntungan yang optimal.  
  • Kuantitas dan kontinuitas produksi, yaitu banyaknya produk (benih) yang harus dihasilkan sesuai dengan kriteria yang  ditentukan dalam periode dan interval waktu tertentu secara terus menerus sesuai dengan target yang telah ditentukan. 
  • Produktifitas induk, yaitu kemampuan induk betina dari setiap pemijahan untuk menghasilkan benih ikan nila sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 
  • Mortalitas induk, yaitu prosentase jumlah induk yang hilang selama  pemeliharaan (umur produktif) baik yang disebabkan oleh kematian/hilang atau sesuatu hal sehingga induk tersebut tidak berproduksi untuk menghasilkantelur.

Dari aspek tersebut diatas secara praktis jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah  adalah  dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Dengan demikian jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah member kesempatan pada jantan untuk dapatmenemukan betina yang matang gonad.

Setelah mengetahui tanda-tanda  calon induk yang baik pada ikan nila, selanjutnya kita harus mampu membedakan induk jantan dan induk betina. Untuk dapat membedakan antara induk jantan dan betina dapatdilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.

CIRI-CIRI INDUK BETINA
CIRI-CIRI INDUK JANTAN
• Dagu relatif kecil berwarna putih.
• Sirip dada berwarna hitam dan
pendek.
• Perut melebar berwarna putih.
• Bila perut diurut dari dada ke
genitalia keluar cairan bening.
• Dagu menonjol berwarna merah.
• Sirip dada berwarna coklat
kemerahan dan relatif panjang.
• Perut pipih warna hitam.
• Bila perut diurut dari dada kegenitalia tidak keluar cairan.


Seleksi induk ikan patin


Induk ikan patin dapat dipijahkansetelah umur 2-3 tahun. Pada umur tersebut induk ikan patin telahmemiliki berat badan 3-5 kg/ekorCiri-ciri induk betina adalah memiliki bentuk urogenital bulat dan perut relatif lebih mengembang dibandingkan induk jantan. Sedangkan induk jantan memilikipapila dan bagian perut lebih ramping.  Induk betina ikan patin yang matang gonad mempunyai ciri-ciri bagianperut membesar ke arah lubang genital berwarna merah,membengkak dan mengkilat agak menonjol serta jika diraba bagian perut terasa lembek.   Sedangkan ciri-ciri induk jantan  ikan patin yang dapat  dipijahkan adalah bila bagian perut diurut ke arah anus akan keluar cairan putih dan kental.

Induk ikan yang telah diseleksiselanjutnya diberok (dipuasakan) selama 1-2 hari.   Selama pemberokan induk ikan, air terusmenerus dialirkan ke kolam/wadah pemberokan. Tujuan pemberokanadalah untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur. Oleh sebab itu selamapemberokan induk ikan tidak dibermakan. Bila bagian perut induk ikabetina masih tampak membesar setelah pemberokan, induk ikantersebut dikanulasi (dilakukan penyedotan telur ikan dengakateter) untuk menetukan apakainduk ikan tersebut sudah siap dipijahkan.

Kanulasi bertujuan untuk mengetahui derajat kematangan gonad induk betina dengan mengukur keseragaman diameter telur.  Kanulasi dilakukan dengan cara menyedot telur dengan menggunakan selang kecil (kateter) berdiameter 2-2,5 mm.  Selang kecil tersebut dimasukkan ke dalam lubang urogenital sedalam 4 - 6 cm ke dalam ovarium. Ujung selang yang lain dihisap dengan mulut selanjutnya selang tadi ditarik keluar dari lubang urogenital, lalu ditiup untuk mendorong telur keluar dari selang.  Telur yang keluar dari selang ditampung pada lempeng kaca tipis atau pada wadah lain. Selanjutnya telur tersebut diukur garis tengahnya menggunakan penggaris.   Bila 90 - 95% telur memiliki garis tengah 1,0 – 1,2 mm, berarti induk betina tersebut dapat dipijahkan. Selain itu ciri-ciri telur yang telah matang  adalah akan cepat mengering atau saling berpisah bila diletakkan dipunggung tangan.


0 komentar: