Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari proses
budidaya ikan. Ikan yang akan dibudidayakan
harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat
berkelanjutan. Dalam bab ini akan
dibahas beberapa materi yang terkait dalam proses pengembangbiakan ikan antara
lain adalah seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan
benih ikan, pembesaran ikan dan pemanenan.
SELEKSI INDUK
Seleksi induk
merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan
keberhasilan produksi. Dengan melakukan
seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan
secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan
program breeding untuk meningkatkan nilai pemulia biakan ikan budidaya.
Induk ikan yang
unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Di Indonesia saat ini belum ada tempat sebagai
pusat induk ikan yang menjamin
keunggulan setiap jenis ikan. Induk ikan
yang unggul pada setiap kegiatan usaha budidaya ikan dapat berasal
dari hasil budidaya atau menangkap ikan dalam. Karakteristik induk yang
unggul
untuk setiap jenis ikan sangat berbeda. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan
oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan
mutu induk antara lain adalah :
- Mengetahui asal usul induk
- Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif.
- Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetic. Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi.
- Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah
Untuk meningkatkan
mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan
harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan
bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang
benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan
pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan
ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul, dimana benih yang unggul tersebut
diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas dalam budidaya ikan dapat
ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu :
- Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan budidaya.
- Intensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap factor internal dan eksternal.
Dengan bertambahnya
jumlah penduduk sepanjang tahun dan jumlah lahan budidaya yang tidak akan
bertambah jumlahnya, maka untuk meningkatkan produktivitas budidaya masa yang
akan datang lebih baik menerapkan budidaya ikan yang intensif dengan memperhatikan
aspek ramah lingkungan. Program intensifikasi
dalam bidang budidaya ikan dapat dilakukan antara lain adalah :
- Rekayasa faktor eksternal yaitu lingkungan hidup ikan dan pakan, contoh yang sudah dapat diaplikasikan adalah budidaya ikan pada kolam air deras dan membuat pakan ikan ramah lingkungan.
- Rekayasa faktor internal yaitu melakukan rekayasa terhadap genetik ikan pada level gen misalnya transgenik, level kromosom misalnya Gynogenesis, Androgenesis, Poliploidisasi, level sel misalnya dengan melakukan transplantasi sel.
- Rekayasa faktor eksternal dan internal yaitu menggabungkan antara kedua rekayasa eksternal dan internal.
Oleh karena itu agar
dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan harus dilakuka seleksi
terhadap ikan yang akan digunakan. Seleksi
menurut Tave (1995) adalah program breedi yang memanfaatkan phenotip variance
(keragaman fenotipe) yang diteruskan dari tetua kepada keturunannya. Keragaman
fenotipe merupakan penjumlahan dari keragaman genetik, keragaman lingkungan dan
interaksi antvariasi lingkungan dan genet Seleksi merupakan aplikasi genetic dimana
informasi genetik dapat digunakan untuk melakukan seleksi. Seleksi ikan yang paling mudah dilakukan oleh
para pembudidaya ikan adalah melakukan seleksi fenotipe dibandingkan dengan seleksi
genotipe. Seleksi fenotif dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu seleksi fenotipe kualitatif dan seleksi
fenotipe kuantitatif.
Menurut Tave (1986),
seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat kualitatif
seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk tubuh dan bentuk
punggung dan sebagainya yang diinginkan. Fenotipe kualitatif ini merupakan sifat yang
tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dikelompokkan secara tegas. Sifat dikendalikan oleh satu atau beberapa gen
dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, Sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif adalah
seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat yang dapat diukur, dikendalikan
oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan. Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat
diukur antara lain adalah panjang tubuh, bobot, persentase daging, daya hidup, kandungan
lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya.
Fenotipe adalah bentuk luar
atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu atau
fenotipe adalah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang
dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan
lingkungan serta interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan
bentuk luar atau sifat-sifat yang tampak. Menurut
Yatim (1996), genotipe menentukan karakter
sedangkan lingkungan menetukan sampai
dimana tercapai potensi itu.
Fenotipe tidak bisa melewati kemampuan atau potensi genotipe.
Yang dimaksud dengan karakter
itu adalah sifat fisik dan psikis bagian-bagian tubuh atau jaringan. Karakter
diatur oleh banyak macam gen, atau satu gen saja. Berhubung
dengan banyaknya gen yang menumbuhkan karakter maka dibuat dua kelompok karakter
yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif adalah karakter yang
dapat dilihat ada atau tidaknya suatu karakter. Karakter ini tidak dapat diukur
atau dibuat gradasi (diskontinyu). Sedangkan
karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat diukur nilai atau derajatnya,
sehingga ada urutan gradasi dari yang rendah sampai yang tinggi (kontinu). Karakter
kuanlitatif ditentukan oleh satu atau dua gen saja sedangkan karakter kuantitatif
disebabkan oleh banyak gen (tiga atau lebih). Dengan melakukan seleksi maka akan menghasilkan
suatu karakter yang mempunyai nilai ekonomis penting dan karakter fenotipe yang
terbaik sesuai dengan keinginan para pembudidaya.
Untuk mendapatkan
induk ikan yang unggul dilakukan program seleksi dengan menerapkan beberapa
program pengembangbiakan antara lain dengan kegiatan selective breeding, hibridisasi/ outbreeding/crossbreeding,
inbreeding, monoseks/seks reversal atau kombinasi beberapa program breeding. Dalam bab ini akan dibahas semua program
breeding tersebut sehingga dalam budidaya ikan akan diperoleh hasil baik induk
dan benih yang unggul. Induk yang
unggul akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan memelihara benih unggul
proses budidaya akan menguntungkan dengan melihat laju pertumbuhan ikan yang
optimal sehingga produktivitas budidaya ikan akan meningkat.
Selective breeding
Selective breeding
adalah suatu program breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemulia biakan
(breeding value) dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan perkawinan
hanya pada ikan-ikan yang terbaik. Hasil
yang akan diperoleh adalah induk yang terseleksi yang mempunyai karakteristik
lebih baik dari populasi sebelumnya. Selective breeding menurut Tave (1995) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
- Seleksi individu/massa
- Seleksi famili
Pada ikan teknik
seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu seleksi
massa/individu dan seleksi famili. Seleksi induk secara individu ini disebut juga
dengan seleksi massa. Seleksi
massa/individu adalah seleksi yang dilakukan dengan memilih individu-individu
dengan performan terbaik. Seleksi ini merupakan teknik seleksi yang
paling sederhana dengan biaya lebih murah dibandingkan seleksi lainnya. Hal ini dikarenakan pada seleksi individu
hanya memerlukan fasilitas dan peralatan sedikit (kolam jaring, hapa dan
lain-lain) pencatatan data lebih singkat sehingga akan lebih mudah dilakukan. Seleksi individu dapat diterapkan pada ikan
nila jika nilai heritabilitas ikan nila ini lebih besar dari 0,25, waktu
pemijahan harus bersamaan dan culling top 5 – 10% (Tave, 1995). Induk yang baik secara alami dapat dihasilkan
melalui seleksi secara ketat dan tepat terhadap sekelompok ikan, pengalaman
menunjukan bahwa untuk mendapatkan induk 50 ekor yang sesuai criteria diperlukan
2000 ekor calon induk.
Seleksi famili adalah
seleksi dengan mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak
(half sib) atau saudara sekandung (full sib). Saudara tiri sebapak adalah keluarga (famili)
yang dibentuk oleh sekelompok anak yang berasal dari satu bapak dengan beberapa
induk betina (Half sib), karena pada ikan satu induk jantan dapat membuahi lebih
dari satu induk betina, maka anak-anak yang dihasilkan dari bapak yang sama
dengan induk betina yang berbeda ini disebut dengan saudara tiri sebapak. Sedangkan setiap keluarga/famili yang berasal
dari satu bapak dengan satu induk disebut saudara sekandung (full sib), dan pada
ikan budidaya ada juga yang melakukan perkawinan dimana satu jantan hanya
membuahi satu induk betina. Seleksi famili dapat diterapkan untuk ikan jika
nilai heritabilitas ikan tersebut lebih
kecil atau sama dengan 0,15. Seleksi famili
merupakan alternatif seleksi yang dapat dilakukan apabila pengaruh lingkungan
sulit dikontrol. Dalam seleksi famili
ada dua jenis seleksi yaitu seleksi dalam family (within-family) dan seleksi
diantara famili (between family). Seleksi within family sebaiknya diterapkan
untuk seleksi pertumbuhan pada ikan , karena masing-masing family dipelihara
pada kolam terpisah dan ikan dengan pertumbuhan terbaik dipilih dari
masing-masing famili, sehingga semua famili akan terwakili. Cara ini dilakukan
merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi adanya perbedaan umur akibat
tidak terjadinya proses pemijahan secara serempak. Dari hasil penelitian pada ikan nila, diantara
ketiga teknik seleksi yaitu seleksi individu, seleksi within family dan between
family ternyata seleksi within family lebih efisien hasilnya dibandingkan
dengan seleksi individu atau between family.
Pada saat akan
membudidayakan ikan setiap pembudidaya harus sudah memahamii karakter fenotipe setiap
individu ikan yang akan dibudidayakan dengan memperhatikan ciri-ciri
morfologinya. Ciri-ciri morfologi setiap ikan budidaya yang harus diamati
adalah karakter morfometrik dan karakter meristik. Karakter morfometrik adalah
bentuk tubuh dari setiap ikan budidaya seperti panjang total tubuh, panjang standar, panjang kepala, tinggi badan dan lain-lain,
sedangkan karakter meristik yang dapat diukur antara lain adalah jumlah sisik
pada linea lateralis, jumlah jari-jari sirip punggung, jumlah jari-jari lemah
sirip dada, jumlah jari-jari lemah sirip perut,
jumlah jari-jari sirip dubur, jumlah tapis insang pada lengkung insang
bagian luar (gill racker), jumlah vertebrae dan jumlah tulang rusuk. Dengan
memahami karakterkarakter yang harus dipunyai oleh induk ikan yang unggul
berdasarkan karakteristik setiap jenis ikan
Aplikasi seleksi induk pada budidaya
Dalam aplikasi
budidaya para petani ikan biasanya melakukan pemeliharaan terhadap induk ikan yang
diperoleh dari hasil budidaya dengan cara induk jantan dan betina dipelihara
secara terpisah. Hal ini lebih
memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan dan yang terpenting dapat mencegah terjadinya
memijah diluar kehendak “mijah maling”. Kolam
induk berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan pematang dari tembok.
Tidak ada ketentuan khusus tentang
ukuran kolam untuk pemeliharaan induk. Biasanya kolam induk hanya disesuaikan dengan kondisi
lahan dan keuangan. Untuk memudahkan dalam pengelolaan dan efisiensi penggunaan
kolam, maka luas kolam induk jantan dan betina masing-masing berkisar 15 –30
meter persegi. Setiap kolam dilengkapi
dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di kedua saluran ini biasanya dilengkapi
dengan saringan agar induk-induk tersebut tidak keluar atau kabur. Kepadatan penebaran induk antara 3 – 4 kg/m2, sedangkan ketinggian air dikolam induk antara 60 – 75 cm. Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap
hari induk di beri pakan bergizi. Jenis
pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet sebanyak 3 – 5 % perhari
dari bobot induk yang dipelihara. Ada
juga induk ikan yang diberikan pakan berupa limbah peternakan ayam (ayam yang
mati) yang dibakar atau direbus terlebih dahulu.
Seleksi Induk Ikan Lele
Seleksi induk ikan
lele secara umum di mulai dari ikan ukuran benih (5-10cm ). Benih ikan yang baik untuk induk di pilih
dengan ciri-ciri antara lain adalah memiliki pertumbuhan yang lebih cepat,
tidak cacat, gerakan lincah dan memiliki bentuk tubuh yang baik. Benih/calon induk tersebut dipelihara di dalam
kolam dengan baik, selanjutnya calon induk tersebut dilakukan seleksi induk
secara berkala sampai mendapat induk yang benar-benar baik dan sesuai dengan
kebutuhan.
Kegiatan pembenihan ikan lele
diawali dengan seleksi induk. Induk yang
akan dipilih adalah induk jantan dan betina yang matang gonad. Ciri-ciri induk betina ikan lele adalah
genital papilla berbentuk bundar (oval), bagian perut relatif lebih besar,
gerakanlambat, jika di raba bagian perut terasa lembek dan alat kelamin
berwarna kemerah merahan, sedangkan induk jantan dicirikandengan genitalnya
meruncing kearah ekor, perut ramping dan pada ujung alat kelamin berwarna
kemerahan selain itu ada perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan.
Induk yang sudah dipilih berdasarkan matang
gonadnya, kemudian diberok (dipuasakan) selama 2 hari. Selama
pemberokan induk jantan dan betina dipisahkan. Tujuan dari pemberokan ini adalah untuk mengurangi
kandungan lemak pada tubuh ikan. Hal ini
disebabkan lemak pada tubuh ikan dapat menghambat ovulasi
telur pada betina dan pengeluaran sperma pada induk jantan. Induk yang akan diberok dipisahkan
antara induk jantan dan betina. Hal ini
bertujuan untuk menghindari mijah maling.
Selain itu, pemisahan
induk tersebut bertujuan mempercepat pemijahan ikan. Ciri-ciri induk betina lele dumbo yang siap untuk dipijahkan sebagai berikut:
- Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek.
- Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.
- Ikan bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar.
- Gerakannya lambat.
Ciri-ciri induk jantan lele dumbo jantan
yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut :
- Alat kelamin tampak jelas memerah
- Warna tubuh agak kemerah merahan
- Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
Seleksi induk ikan Mas
Induk ikan Mas yang
akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam tempat yang terpisah antara jantan dan betina agar
pertumbuhan induk ikan opimal dan tidak terjadi perkawinan yang tidak
diinginkan. Dalam pemeliharaan induk ikan Mas harus dilakukan dengan baik dan
benar agar diperoleh induk yang siap dan unggul untuk dikawinkan.
Pemeliharaan induk
ikan Mas merupakan salah satu aspek penting yang harus dilaksanakan dalam
program pengembangbiakan ikan Mas. Induk
ikan Mas yang dipelihara dengan baik akan menghasilkan telur dan benih ikan
dalam jumlah dan kualitas yang diharapkan.
Induk ikan yang baik
sebaiknya dipelihara dari masa benih, hal tersebut dapat dilihat dari gerakan
yang incah, tumbuh bongsor, sehat dan mempunyai nafsu makan yang baik. Pemeliharaan benih calon induk sebaiknya
dilakukan sejak pemanenan, benih umur 1 bulan. Dalam pemeliharaan calon induk
ini harus diberi pakan yang cukup dan bergizi. Calon-calon induk yang dipelihara tersebut
selanjutnya diseleksi kembali pada saat berukuran 100-200 gram. Calon induk jantan dan betina dipilih
berdasarkan ciri-iri morfologisnya yang baik, diantaranya adalah:
- Calon induk harus mempunyai karakter morfologis dengan kriteria sebagai berikut: bentuk tubuh kekar, pangkal ekor kuat dan lebar, sisik besar dan teratur, warna cerah, kepala lancip dan lebih kecil dari lebar tubuh (1 : 1,5), daerah perut melebar dan datar, badan tebal dan berpunggung tinggi.
- Calon induk harus berasal dari keturunan yang berbeda, baik jantan maupun ikan betina
- Calon induk harus mempunyai sifat cepat tumbuh, sehat, tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan serta responsive terhadap pakan.
Calon-calon induk
yang telah di seleksi dipelihara di kolam pemeliharaan induk sampai siap untuk
dipijahkan. Agar diperoleh induk yang
berkualitas dan dapat menghasilkan telur dalam jumlah yang maksimal, yang harus
diperhatikan adalah:
- Pemeliharaan pakan yang teratur, pakan yang diberikan harus mempunyai kadar protein 30-35%, jumalah pakan yang diberikan per hari berkisar antara 2-3% dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-3 kali.
- Kondisi kolam pemeliharaan harus optimal, yaitu kandungan oksigen terlarut minimal 5 ppm, suhu air berkisar 25-300 C dan air tidak tercemar.
- Padat penebaran calon induk berkisar antara 0,1 kg/m2 – 0,25kg/m2
Calon-calon induk
tersebut dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dipijahkan. Induk ikan Mas jantan lebih cepat matang gonad
dibandingkan dengan ikan Mas betina. Umur ikan Mas jantan 10-12 bulan dengan bobot
0,6-0,75 kg sudah sampai matang kelamin, sedangkan induk betina yang ideal
mencapai matang gonad pada umur 1,5-2 tahun dengan berat 2-3 kg. Induk ikan Mas yang akan dipijahkan harus
benar-benar dapat dibedakan antara jantan dan betina. Adapun ciri-ciri
induk jantan dan betina ikan Mas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Ciri-ciri
Induk Jantan dan Betina Ikan Mas
No
|
Jantan
|
Betina
|
1
|
Sirip dada relatif panjang,
jari-jarluar tebal
|
Sirip dada relatif pendek, lunalemah,
jari-jari luar tipis
|
2
|
Lapisan sirip dada
kasar
|
Lapisan dalam sirip dada licin
|
3
|
Kepala tidak
melebar
|
Kepala relatif kecil, bentuk agak
Meruncing
|
4
|
Tubuh lebih tipis/langsing
ramping dibandingkan betinapada umur
yang sama
|
Tubuh lebih tebal/gemukdibandingkan
jantan pada umur
yang sama
|
5
|
Gerakannya gesit
|
Gerakannya lamban dan jinak
|
6
|
Sehat dan tidak cacat
|
Sehat dan tidak cacat
|
7
|
Sisik teratur dan
warna cerah
|
Sisik teratur dan warna cerah
|
Induk ikan Mas jantan
dan betina harus dipelihara dalam kolam yang terpisah agar ikan cepat matang
kelamin dan tidak terjadi perkawinan liar. Induk yang dipelihara dengan baik akan dapat mencapai matang gonad. Adapun ciri-ciri induk ikaMas yang matang
gonad dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gamba4.3 dan Gambar 4.4.
Ciri-ciri
Induk Jantan dan Betina Matang Gonad
No
|
Jantan
|
Betina
|
1
|
Tubuh ramping
|
Perut membulat dan lunak jikadiraba
|
2
|
Mengeluarkan cairan putih/
sperma bila perut ditekan ke arah anus
|
Genital papilla mengembang,
agak terbuka dan berwarna
kuning kemerahan
|
3
|
Lubang anus melebar danmenonjol (agak
membengkak)
|
Seleksi induk ikan nila
Pengelolaan induk
dalam kegiatan usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu factor utama yang
akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan.
Pengelolaan induk
dilakukan atas dasar sifat induk dan kebutuhan
induk agar mampu hidup dan berkembang-biak secara optimal. Ruang lingkup pengelolaan induk dengan
mengacu pada ketercapaian efisiensi suatu usaha pembenihan ikan dapat di
kelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu pengadaan induk, pemeliharaan calon
induk, dan peningkatan mutu induk atau mempertahankan mutu induk.
Untuk dapat mencapai
efisiensi suatu usaha pembenihan, dalam pengadaan induk ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu kuantitas calon induk dan kualitas calon induk. Perhitungan untuk menentukan berapa jumlah
induk yang harus tersedia dalam suatu unit pembenihan, agar dapat menghasilkan
benih sesuai dengan peluang atau pangsa pasar yang ada, maka dalam menghitung
jumlah induk harus mempertimbangkan 4 aspek yaitu :
- Skala usaha, yaitu satuan unit usaha terkecil dalam pembenihan ikan nila yang secara ekonomis masih mampu memberikan efisiensi dan keuntungan yang optimal.
- Kuantitas dan kontinuitas produksi, yaitu banyaknya produk (benih) yang harus dihasilkan sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam periode dan interval waktu tertentu secara terus menerus sesuai dengan target yang telah ditentukan.
- Produktifitas induk, yaitu kemampuan induk betina dari setiap pemijahan untuk menghasilkan benih ikan nila sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
- Mortalitas induk, yaitu prosentase jumlah induk yang hilang selama pemeliharaan (umur produktif) baik yang disebabkan oleh kematian/hilang atau sesuatu hal sehingga induk tersebut tidak berproduksi untuk menghasilkantelur.
Dari aspek tersebut
diatas secara praktis jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan
ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan
nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah
teritorial yang tidak boleh digangggu ikan lain. Dengan demikian jumlah ikan
betina umumnya lebih banyak dari pada ikan jantan agar mudah member kesempatan
pada jantan untuk dapatmenemukan betina yang matang gonad.
Setelah mengetahui
tanda-tanda calon induk yang baik
pada ikan nila, selanjutnya kita harus mampu membedakan induk
jantan dan induk betina. Untuk dapat membedakan antara induk jantan
dan betina dapatdilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5.
CIRI-CIRI
INDUK BETINA
|
CIRI-CIRI
INDUK JANTAN
|
• Dagu relatif kecil berwarna putih.
• Sirip dada berwarna hitam dan
pendek.
• Perut melebar berwarna putih.
• Bila perut diurut dari dada ke
genitalia keluar cairan bening.
|
• Dagu menonjol berwarna merah.
• Sirip dada berwarna coklat
kemerahan dan relatif panjang.
• Perut pipih warna hitam.
• Bila perut diurut dari dada
kegenitalia tidak keluar cairan.
|
Seleksi induk ikan patin
Induk ikan patin dapat dipijahkansetelah
umur 2-3 tahun. Pada umur tersebut induk ikan patin telahmemiliki berat badan
3-5 kg/ekorCiri-ciri induk betina adalah memiliki bentuk urogenital bulat dan
perut relatif lebih mengembang dibandingkan induk jantan. Sedangkan induk
jantan memilikipapila dan bagian perut lebih ramping. Induk betina ikan patin yang matang gonad
mempunyai ciri-ciri bagianperut membesar ke arah lubang genital berwarna
merah,membengkak dan mengkilat agak menonjol serta jika diraba bagian perut
terasa lembek. Sedangkan ciri-ciri
induk jantan ikan patin yang dapat dipijahkan adalah bila bagian perut diurut ke
arah anus akan keluar cairan putih dan kental.
Induk ikan yang telah
diseleksiselanjutnya diberok (dipuasakan) selama 1-2 hari. Selama pemberokan induk ikan, air
terusmenerus dialirkan ke kolam/wadah pemberokan. Tujuan pemberokanadalah untuk
mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur. Oleh sebab itu
selamapemberokan induk ikan tidak dibermakan. Bila bagian perut induk ikabetina
masih tampak membesar setelah pemberokan, induk ikantersebut dikanulasi (dilakukan
penyedotan telur ikan dengakateter) untuk menetukan apakainduk ikan tersebut
sudah siap dipijahkan.
Kanulasi bertujuan untuk
mengetahui derajat kematangan gonad induk betina dengan mengukur keseragaman
diameter telur. Kanulasi dilakukan
dengan cara menyedot telur dengan menggunakan selang kecil (kateter)
berdiameter 2-2,5 mm. Selang kecil
tersebut dimasukkan ke dalam lubang urogenital sedalam 4 - 6 cm ke dalam
ovarium. Ujung selang yang lain dihisap dengan mulut selanjutnya selang tadi
ditarik keluar dari lubang urogenital, lalu ditiup untuk mendorong telur keluar
dari selang. Telur yang keluar dari
selang ditampung pada lempeng kaca tipis atau pada wadah lain. Selanjutnya
telur tersebut diukur garis tengahnya menggunakan penggaris. Bila 90 - 95% telur memiliki garis tengah
1,0 – 1,2 mm, berarti induk betina tersebut dapat dipijahkan. Selain itu
ciri-ciri telur yang telah matang adalah
akan cepat mengering atau saling berpisah bila diletakkan dipunggung tangan.
0 komentar:
Posting Komentar