25 Agustus 2013

RENUNGAN MALAM

Pada suatu hari sepulang kerja aku merasa penat yang amat sangat seharian aku berkutat dengan berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para petani menayakan dari yang biasa hingga yang luar biasa, dari pertanyaan menanam padi sampai bagaimana menghadapi setelah tanam sampai ahirnya kalau panen apa, penyuluh mau membeli hasil panennya hehehe… dianggapnya penyuluh itu banyak uang karna selalu rapi selalu tersenyum didepan mereka, semua penyuluh mungkin akan bisa melupakan beban sejenak jika berkumpul dengan kelompoktani atau insantani .

Di tengah penat aku mencoba berhenti di lapangan sepak bola yang tak jauh disebelahnya ada kuburan pula, disitu aku melihat anak-anak asik bermain petak umpet . Ada yang sangat menarik dan sangat menggugah hatiku disaat mereka akan memulai permainan mereka mengadakan undian dengan tangan mereka, kalau di jawa suka di sebut ping swit, di Karawang juga sama ping swit, mereka tidak membedakan besar kecil postur tubuh mereka perlakukan sama siapa yang kalah harus berjuang swit dengan rekan mereka berikutnya sampai menang atau malah akan kalah sampai akhir.

Jika menang mereka bebas berkeliaran untuk bersembunyi untuk dicari oleh sang penjaga dengan berbagai macam cara mereka sembunyi dengan kemenangannya ada yang di balik pohon, ada yang merangkak di batunisan ada juga yang duduk dibelakangku ( dianggapnya aku patung semar kali yah heheh ), karna dengan tubuh ku yang tambun dan agak pendek apalagi di bungkus dengan baju kebesaran ku yang memang salah jahit kedodoran sana sini sebagai periapan siapa tahu tahun depan tidak ada seragam lagi kan masih bisa di pakai ( Dalam Rangka Penghematan hehehe).

Kembali kepada permainan petak umpet yang sedang berlangsung anak yang bersembunyi tertangkap dan dengan entengnya menyalahkan aku mengapa aku garuk garuk kepala hingga dia tertangkap dan tubuhnya kelihatan oleh sang penjaga, aku bingung mengapa aku jadi tidak merdeka padahal aku dan dia tidak ada kontrak sama sekali, dalam kegalauan itu aku melihat mereka pingswit lagi aku mendekat dan disapa bapak mau ikutan main petak umpet? dengan semangat aku menganguk ok mulailah aku pingswit dengan mereka aku mulai sadar mengapa dalam pingswit itu tidak semua jari di pakai mengapa hanya jempol, telunjuk, dan jari kelingking, sementara jari tengah yang sangat panjang dan jari manis yang ada cincinnya tidak di ikutsertakan??? wahhhh hati ini berontak mengapa???? Hingga sampai kerumah aku masih memikirkan menagapa dua jari tidak ikut permainan dalam pingswit.

Dalam pemikiran itu ahirnya aku menemukan jawaban menurut versiku boleh percaya boleh tidak karna ini belum di paten kan hehehhehehhe, mengapa kita menggunakan tiga jari sementara ada lima ??. Mari kita kupas masing-masing tokoh jari yang lima.
1. ibu jari kita sebut tokoh orang kaya.
2. jari telunjuk kita sebut sebagai pemerintah.( penguasa )
3. jari tengah yang panjang kita sebut sebagai hakim.
4. jari manis yang paling beruntung dengan cincin kawinya kita sebut para tokoh agama .dari berbagai golongan tidak di sebut satu satu
5. Jari kelingking yang kecil kurus kita sebut sebagai Rakyat.

Setelah kita tahu tokoh tokoh itu dengan karak ternya masing masing mari kita jabarkan kenapa ada pingswit yang selalu kita lakukan dalam setiap permainan, ibu jari sebagai orang kaya akan kalah jika melawan jari kelingking yang sangat kecil mengapa??? karna orang kaya tanpa rakyat miskin dia akan kesusahan tidak mungkin sikaya akan bekerja kesawah, mengurus kebun dan lain lain kalo tidak ada simiskin yang rajin bekerja, di balik kemenangan si miskin dia masih dikalah kan oleh jari telunjuk ( pemerintah) karna bagaimanapun kita masih punya pimpinan kita sebagai warga negara yang sudah menetukan pilihanya kita harus wajib tunduk dan taat ajakan segala perintah atau undang-undang suatu negara kalau kita salah pasti kalah tanpa pilih bulu, yang bikin aku semakin heran mengapa pemerintah kalah sama orang kaya ya dalam pingswit mengapa,??????????

Jadi dalam hidup ini siapa yang paling berkuasa jika masing-masing kita punya power yang sama mengapa jari tengah sebagai hakim jarang disebut? apa mungkin kita menganut palsafah musyawarah dan mufakat hingga tidak butuih hakim sepertinya tidak begitu, terus kemana ulama pembingbing umat? apakah akan diam jika sudah tercapai maksudnya tak peduli lagi dengan peperangan tiga jari yang sudah di ceritakan di atas dalam memperoleh hidupnya? ataukah mereka sudah diam karna tidak peduli lagi dengan umat yang notabene tangung jawab ulama yang untuk selalu mengingatkan umat kejalan yang benar?

Ohhhhh……………. ngantuk sudah mata ini memikirkan hidup yang hanya berputar selamanya, setelah aku menyadari bahwa kemenangan kita hari ini adalah persiapan kekalahan dimasa datang karna di dunia ini semua tidak ada yang abadi dan semua kemungkinan bisa terjadi . Seuntung-untungnya manusia adalah yang selalu ingat dan waspada dan selalu berjuang sampai akhir hayatnya kelak, bukan menang dan kalah tapi perjuangan yang kita lakukan adalah tindakan nyata sebagai manusia memenuhui janjinya.

0 komentar: