KARAWANG.- Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan program SRI (Sistem Rice of Intensification) di Kabupaten Karawang. Jika pada tahun 2011 silam prorgam SRI hanya diujicobakan pada areal sawah seluas 1.360 hektare, pada tahun ini diperluas menjadi 9.000 hektare. “Pihak Kementan telah memberi kepercayaan kepada kami untuk terus mengembangkan program tersebut di Karawang. Pada tahun ini dana yang dikucurkan kepada para kelompok tani yang menerapkan program itu mencapai Rp 40 miliar lebih,” ujar Kepala Dinas Pertanian Karawang, Nachrowi, ketika dihubungi, Minggu (12/2).
Menurut dia pada tahun lalu, program SRI hanya diterapkan di 6 kecamatan yang terletak di Kabupaten Karawang bagian tengah yakni, Majalaya, Rawamerta, Kertajaya, Tempuran, Jayakerta, dan Lamah Abang Wadas. Pada musim rendeng ini prorgam tersebut disebar pada 30 kecamatan mulai dari Karawang bagian Selatan hingga Utara.
Dengan cara itu, lanjut Nachrowi, produksi padi dari Karawang diharapkan terus meningkat. Lebih dari itu, tingkat kesuburan areal sawah bisa pulih seperti sedia kala.
“Penanaman padi dengan program SRI lebih ditekankan pada penerapan tekhonolgi pertanian yang ramah lingkungan. Para petani diajarkan meminimalisasi penggunaan pupuk unorganik,” lanjut Nacrowi.
Oleh karena itu, lanjut dia, para petani yang mengikuti program tersebut diberi pelatihan cara membuat pupuk organik sendiri. Mereka diberi dana untuk membeli sapi dan mengolah kotorannya menjadi pupuk.
Setelah program tersebut diujicobakan pada sawah seluas 1.360 hektare, ternyata hasilnya sangat memuaskan. Jika dengan cara konvensional produktivitas sawah hanya menembus rata-rata 5 gabah kering pungut (GKP) ton per hektare, dengan SRI mampu menghasilkan 7 hingga 8 ton GKP per hektare. Bahkan ada yang menem, bus angka 12,5 ton GKP per hektare.
Dikatakan juga, SRI merupakan salah satu teknologi yang dapat diandalkan untuk meningkatkanproduktivitas. Di saat areal sawah semakin menyempit dan keasaman tanahnya semakin tinggi, SRI diharapkan bisa diterapkan oleh para petani di Kabupaten Karawang.
Di tempat terpisah Usep, salah seorang petani muda asal Kecamatan Lemah Abang Wadas, mengatakan, dengan perapan SRI, para petani dapat menghemat biaya operasional. Sebab, mereka akan mengurangi penggunaan pupuk unorganik dan irit dalam menggunakan benih.
“Dengan penanaman konvensional benih yang dipakai petani biasanya mencapai 25 Kg per hektere. Namun dengan SRI para petani cukup menyemai benih 5 Kg untuk satu hektare sawah,” kata Usep.
Dikatakan, penyemaian benih dengan SRI cukup dilakukan di atas nyiru atau tampah. Setelah bulir padi berubah menjadi kecambah, petani bisa langsung menanamnya di atas petakan sawah,
Hanya saja, kata Usep, penerapan SRI lebih cocok pada musim tanam (MT) gadu. Sebab, mada musim tersebut, petakan sawah tidak terlalu banjir, sehingga benih padi yang ditanam tidak lantas mengambang atau hanyut terbawa air.
“Bibit padi SRI terbukti meningkatkan produktivitas sekitar 40 sampai 50 persen dari sebelumnya,” kata Usep.
0 komentar:
Posting Komentar