Oleh : Prof. Dr. Baehaki SE dkk
Wereng coklat, penggerek batang padi, dan HDB merupakan hama dan penyakit utama pada tanaman padi dan telah banyak menimbulkan kerusakan di hampir setiap tahun pertanaman padi. Keganasan hama dan penyakit tersebut disebabkan oleh kemampuan hama da penyakit tersebut beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk mudah beradaptasi dengan varietas tahan.
Wereng coklat mempakan hama r-strategik dengan ciri: 1) serangga kecil yang cepat menemukan habitatnya, 2) berkembang biak dengan cepat dan mampu mempergunakan sumber makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, 3) mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru sebelum habitat lama tidak berguna lagi, dan 4) mudah beradaptasi dengan habitat baru membentuk biotipe baru.
Penggerek mempunyai keragaman spesies yang besar, sehingga bila spesies satu tidak ada, maka akan muncul spesies yang lainnya, sehingga pengrusakan terhadap tanaman padi akan tetap berlangsung. Di lain pihak penyakit HDB cepat berubah strain dan dapat dengan segera merusak tanaman padi yang dikatakan tahan.
Wereng Coklat yang ditentukan biotipenya diambil dari Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wereng-wereng dari daerah di pelihara di laboratorium selama 1 generasi dan diujikan terhadap verietas differensial (pembeda) reaksi biotipe dengan standar penilaian dari IRRI 1995.
HDB yang ditentukan Strainnya diambil dari Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daun-daun padi yang terserangn HDB dari daerah di isolasi dengan metode pencucian daun (leaf washing) dan diujikan terhadap verietas differensial (pembeda) reaksi strain dengan standar penilaian dari IRRI 1995.
Larva penggerek batang padi dari Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dibedakan dengan kunci identifikasi, sehingga didapatkan komposisi penggerek padi di setiap daerah. Pemantauan spesies penggerek batang dilakukan untuk menentukan spesies dominan di Pulau Jawa. Untuk menentukan spesies penggerek batang dilakukan dengan cara melihat morfologi larva dan dikuatkan morfologi ngengat. Di tiap lokasi pada dua atau tiga stadia tanaman padi, diambil 100 batang dengan gejala serangan penggerek, baik gejala sundep maupun beluk Kemudian gejala sundep dan beluk tersebut itu dibelah, larva yang didapat dimasukkan ke dalam botol alkohol 70%, kemudian diidentifikasi.
Pada lokasi dengan larva dari genus Scirpophaga, untuk menentukan spesies penggerek batang padi kuning stemborer (Scirpophaga incertulas W: Lepidoptera. Pyralidae) atau penggerek batang putih (Scirpophaga innotata W: Lepidoptera. Pyralidae) didasarkan pada ngengat yang ditemukan di lapangan atau dari ngengat yang keluar dari larva yang dipelihara.
Di Pantai Utara Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon. Di Jawa Barat bagian tengah yaitu di kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Di Jawa Tengah meliputi Brebes, Tegal, Pemalang, Kendal, Kudus, Pati, Sragen, Sukoharjo dan Klaten, di DIY di kabupaten Sleman dan di Jawa Timur di kabupaten Ngawi. Penelitian strain bakteri Xoo di daerah sentra produksi padi di Jawa dilaksanakan dengan metode survey dan pengambilan sample tanaman padi sakit HDB pada MK 2007. Isolasi bakteri Xoo dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dengan metode pencucian menggunakan media PSA. Keragaman virulensi bakteri Xoo dievaluasi pada 5 varietas diferensial di screen field KP Sukamandi pada MH 2007/2008. Inokulasi dilakukan dengan metode gunting pada pertanaman padi stadia anakan maksimum.
Pengamatan keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala penyakit yang muncul pada 4 minggu setelah inokulasi. Keparahan < 10% digolongkan tahan ( R ) dan >10% tergolong peka (S). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wereng coklat yang berada di Jawa Tengah (Kudus, Pati dan Klaten), Yogyakarta (Bantul dan Kulon Progo), Ngawi-Jawa Timur, dan Cianjur-Jawa Barat adalah wereng coklat biotipe 4. Wereng coklat biotipe 4 dicirikan dengan patahnya ketahanan varietas yang mempunyai gen Bph1 (varietas differensial Mudgo) dan bph2 (varietas differensial ASD7). Varietas padi yang mempunyai gen tahan Bph3 (varietas differensial Rathu Heenati) dan Bph6 (varietas differensial Swarnalata) tahan terhadap wereng coklat biotipe 4. Varietas padi yang mempunyai gen tahan digenik bph2 dan Bph3 seperti halnya varietas differensial PTB33 tahan terhadap wereng coklat biotipe 4.
Berdasarkan morfologi larva dan tangkapan ngengat, spesies penggerek batang padi di Kabupaten Subang didominasi oleh penggerek batang padi kuning yang mencapai 90%. Sisanya ialah penggerek batang merah jambu (Sesamia inferens, W: Lepidoptera, Noctuidae). Namun berdasarkan tangkapan lampu perangkap di Sukamandi ditemukan juga penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata dan penggerek batang bergaris (Chilo spp: W: Lepidoptera. Pyralidae) dalam populasi yang sangat rendah.
Di Kabupaten Indramayu, komposisi spesies berbeda antar kecamatan. Di kecamatan Widasari berdasarkan ngengat di lapangan merupakan penggerek batang padi kuning. Di Indramayu bagian tengah yaitu di Kecamatan Segeran Kidul ditemukan penggerek batang padi putih, dan di Indramayu bagian timur yaitu di Tambi ada kedua-duanya yaitu penggerek batang padi putih dan penggerek batang padi kuning.
Komposisi spesies penggerek batang padi di Kabupaten Cirebon juga berbeda antar lokasi. Di dua lokasi hanya ditemukan PBPK, sedangkan di desa Maro selain PBPK ditemukan juga penggerek batang merah jambu dalam jumlah yang rendah (2%).
Di Karawang spesies penggerek batang padi kuning paling banyak. Spesies yang lain yaitu penggerek batang merah jambu yang ditemukan di Karawang Utara, sedangkan di Karawang Timur yaitu di Kecamatan Jatisari hanya ditemukan PBPK. Di Cianjur dari semua pengamatan hanya dijumpai PBPK, sedangkan di Sukabumi selain PBPK ditemukan juga penggerek batang merah jambu sebanyak 2%.
Di Jawa Tengah juga, penggerek batang padi kuning paling dominan, penggerek batang merah jambu ditemukan dalam jumlah yang rendah kecuali di Tegal dalam jumlah lebih banyak dan tidak ditemukan penggerek batang bergaris. Hasil penelitian identifikasi HDB menunjukkan, bahwa dari 132 isolat bakteri yang diuji, 31 isolat (23,5%) tergolong strain III, 21 isolat (15,9%) strain IV, dan 80 isolat (60,6%) VIII. Di Jawa Barat dari 47 isolat yang diperoleh, 11 isolat (23,4%) tergolong strain III, 13 isolat (27,7) strain IV, dan 23 isolat (48,9%) strain VIII. Di Jawa tengah diperoleh 34 isolat, 6 isolat (17,7%) strain III, 8 isolat (23,5%) strain IV, dan 20 isolat (58,8%) strain VIII. Di DIY diperoleh 10 isolat, 5 isolat (50%) strain III dan 5 isolat (50%) strain VIII, tidak ditemukan strain IV.
Di Jawa Timur diperoleh 41 isolat, 9 isolat (22%) strain III, 32 isolat (78%) strain VIII, dan tidak ditemukan strain IV. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa, umumnya di semua lokasi kecuali DIY, strain VIII merupakan strain bakteri Xoo yang dominant pada MK 2007.
0 komentar:
Posting Komentar