Sama dengan manusia yang mendambakan kekuatan dalam hidupnya, benih tanaman juga mendambakan kekuatan agar mampu mengemban amanah yang diterimanya dari Maha Pencipta ialah untuk mengembangkan spesiesnya. Bedanya dengan manusia, benih tidak kita ketahui bagaimana kekuatan mental-batiniah dalam hidupnya. Apa itu barangkali terselip juga dalam mengatasi situasi habitatnya, dan apa ukurannya. Kita manusia tidak bisa menjelajahi sedalam itu. Bagi kita manusia, ukuran benih memiliki kekuatan dalam hidupnya kalau benih bisa menghasilkan tanaman normal, berproduksi normal dalam situasi yang tidak optimum sekalipun. Semuanya diukur dari kepentingan untuk hidup kita manusia, bukan semata-mata kepentingan benih untuk menghidupkan dan pengembangan spesiesnya. Namun, bagi orang benih dalam menekuni kehidupan benih secara falsafati sedikit banyaknya menarik kalau dikaitkan juga dengan hidupnya sebagai satu spesies. Manusia pun mengemban amanah Maha Pencipta untuk menjaga keberlanjutannya kehidupan spesiesnya berlangsung sejahtera, bukan saja kebahagiaan di dunia tetapi juga di akhirat.
Kekuatan benih kalau dalam istilah sekolahan disebut vigor, bisa dipilah atas dua macam kekuatan, ialah kekuatan benih untuk tumbuh di lapang dan untuk tetap berkekuatan selama disimpan sebelum ditanam, masing-masing disebut dengan istilah kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Benih yang baik sesudah varietasnya dilahirkan oleh para pemulia tanaman dengan keunggulan genetik tertentu, harus dijamin secara teknologi memiliki kekuatan sehingga petani yang menanamnya tidak dikecewakan. Ukurannya, kalau dalam kondisi suboptimum pun, baik di lapang produksi maupun selama disimpan, benih tetap memiliki kekuatan yang bisa dijamin prima. Kekuatan benih seperti itu sebenarnya harus sudah diupayakan sewaktu proses keunggulan varietas diciptakan. Karena itu sudah seyogyanya kalau di lembaga-lembaga penelitian atau di kalangan perguruan tinggi ada kerjasama yang tangguh antara para pemulia tanaman dan para teknologi benih. Dengan demikian, begitu varietas baru unggul dilahirkan sudah termasuk keunggulannya dalam kekuatan benih menghadapi berbagai kondisi sub optimum, baik di lapang produksi maupun penyimpanan yang harus bisa diyakinkan kepada petani oleh para teknolog benih.
Saya rasa sekarang bukan zamannya lagi, bidang teknologi benih hanya berkecimpung dalam pengujian mutu benih seperti tahun-tahun 50-60an dulu. Di zaman era mikromolekuler saat ini jangkauan teknologi benih harus lebih mendalam lagi. Harus mampu menganalisa mutu kekuatan benih sampai sedetil dan sedalam itu, apalagi nanti kalau sudah makin jauh kita memasuki era nanoteknologi. Jaminan mutu yang diminta petani akan makin kuat penuntutannya dan petani akan makin sensitif terhadap kriteria mutu benih yang berkaitan dengan mutu genetik yang dilahirkan oleh proses pemuliaan transgenik dengan vigor yang lebih meyakinkan.
Secara sederhana pada saat ini sebagaimana pernah saya kemukakan dalam Sinta, barangkali bisa saya ajukan pemikiran tentang kriteria kekuatan benih yang saya sebut dengan istilah kehidupan benih dalam kondisi sub optimum. Maka kalau dalam legalisasi pengawasan mutu fisiologi benih disebutkan batasan minimum daya tumbuhnya atau daya berkecambahnya perlu didalami bahwa batasan itu tidak cukup apabila hanya berlaku bagi keadaan optimum. Karena itu perlu kiranya kita pikirkan bagaimana batasan minimum benih kalau harus menghadapi kondisi sub optimum. Rasanya tidak cukup kalau kita sederhanakan pemikiran kita dengan asumsi keadaan serba optimum dalam kehidupan benih. Juga rasanya tidak cukup hanya terawasi dengan batasan kadaluwarsa benih untuk jangka waktu peredarannya apakah benih masih bermutu sebagai benih vigor atau sudah tidak lagi.
Kita perlu kembangkan berbagai model “stress test” dalam metode pengujian, baik untuk tujuan kontrol terhadap mutu benih dalam waktu pemasarannya maupun sebelum diedarkan, bahkan sewaktu benih masih dalam proses pengunggulan varietasnya di tangan para pemulia tanaman. “Stress test” ini dilakukan baik sesudah benih dilahirkan berwujud benih siap edar, maupun sewaktu masih berada pada tanaman induknya, di masa periode invigorasi antara saat matang morfologi dan masak fisiologi.//SINTA TANI
01 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar