01 Oktober 2010

Karawang Menuju Pertanian Organik

Kabupaten Karawang mengembangkan pertanian organik guna meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian serta mengembalikan ekosistem alam yang seimbang, menyusul isu akan dinaikkannya harga pupuk urea.

Menurut Drs. Afid S. Mahardjo, salah satu pengembang pertanian organik, teknologi pertanian ini mampu meningkatkan hasil panen dan menggantikan fungsi-fungsi pupuk dasar kimia/pestisida serta membantu mengurangi dampak pemanasan global untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem alam. “Dengan kita kembali ke organik, kita akan menemukan jati diri.
Hanya dengan menghambat hal-hal yang berhubungan dengan kerusakan bumi, kita akan menemukan kehidupan yang lebih sejahtera”, ujar Afid di acara Pendidikan dan Latihan Teknologi Organik, di Tanjungpura, Karawang Jawa Barat.
Usai edukasi dilakukan panen padi organik di sawah milik Wawan Setiawan yang menggunakan pupuk organik salah satu produk PT. ERB dengan hasil panen pertama 12 ton/ha. Sebelum memakai pupuk ini hanya 8 ton/ha. Dalam usaha tani padi Wawan tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali dan beras dari panenan tersebut tidak mengandung logam berat, sehingga aman dikonsumsi dan baik untuk kesehatan.
Asep Wakil Lurah Mekarjati mengharapkan, karena antusias masyarakat petani untuk menerapkan pertanian organik begitu besar, edukasi teknologi pertanian organik perlu diperluas ke berbagai desa, bahkan sampai tingkat kelurahan di Karawang.
Syafruddin petani Karawang, mengatakan petani di wilayahnya mengalami ketergantungan pada pupuk kimia yang sangat tinggi, sehingga dirinya akan beralih menggunakan pupuk organik. Apalagi dalam waktu yang tidak lama lagi harga pupuk urea akan dinaikkan. “Kami, kemarin ketemu dengan Bapak Menteri Pertanian di Tanjungpura. Ia (mentan – red) mengatakan, bahwa nanti harga pupuk urea akan dinaikkan”, ujarnya.
KGPH. RK. H. Poetro Negoro, SH, Budayawan Lingkungan yang juga Komisaris PT. ERB mengatakan, pupuk kimia tercipta sekitar tahun 1970-an. Dalam rentang waktu hampir 40 tahun, sistem pertanian di Indonesia menganut metode penyuburan tanah dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisidanya. Dampak bertani dengan metode ini adalah akan mengakibatkan terjadinya banjir, karena tanah yang mengandung sifat kimia mengalami pembekakan tetapi tidak dapat meresap air.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

haahahahahahahahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa