08 Juli 2010

PENGELOLAAN TANAMAN PADI MELALUI METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) DI KARAWANG

PENDAHULUAN

Revitalisasi pertanian yang dicanangkan Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005 antara lain bertujuan untuk meningkatkan produksi padi menuju swasembada beras dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Berbagai upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan melalui program kebijakan program pemerintah yang tentunya harus didukung oleh teknologi inovasi yang dapat mendongkrak produksi padi.

Salah satu teknologi inovasi pengelolan padi yang saat ini terus berkembang yaitu melalui pendekatan System of Rice Intensification (SRI). Di Jawa Barat Budidaya padi dengan sistem SRI telah berkembang di beberapa daerah misalnya di Kabupaten Ciamis, Garut, Kuningan dengan hasil lebih tinggi dibanding dengan cara kebiasaan petani.
Di Indonesia pengertian SRI adalah usahatani padi sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman serta air. Melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Departemen Pertanian, 2005). Teknologi SRI di Indonesia lebih menitikberatkan pada penggunaan pupuk organik, begitu juga dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) khususnya hama dan penyakit hanya mengandalkan pestisida nabati, sehingga dapat menghasilkan padi organik.

Pada prinsipnya komponen teknologi yang diterapkan pada system SRI tidak jauh berbeda dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badanlitbang Pertanian). PTT menekankan pada pendekatan sumberdaya alam untuk meningkatkan produktivitas padi, dengan prinsip menggabungkan kaidah efisiensi, sinergis, dan dinamis secara partisipatif (Badanlitbang Pertanian, 2007).

KEUNGGULAN METODE SRI

Hemat air; selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen air diberikan macak-macak atau maksimal digenangi setinggi 2 cm. Pada waktu pengeringan tanah dibiarkan sampai retak
Hemat biaya; benih hanya 5 kg/ha, efisiensi upah tanam pembibitan
Hemat waktu; umur bibit muda, waktu panen akan lebih awal
Produksi meningkat; hasil dibeberapa lokasi mencapai 11 ton/ha
Ramah lingkungan; tidak menggunakan bahan-bahan (pupuk, pestisida) an-organik
PRINSIP BUDIDAYA METODE SRI
Bibit harus muda; kurang dari 12 hari setelah semai
Bibit ditanam 1 tanaman / lubang; jarak tanam 30 x 30 cm, 35 x 35 cm atau lebih
Pindah tanam harus sesegera mungkin; harus hati-hati agar akar tidak terputus dan ditanam dangkal
Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang/terputus)
Penyiangan dilakukan sejak awal sekitar 10 hst, dilakukan 2-3 kali dengan interval 10 hari
Menggunakan pupuk organik

TEKNIK BUDIDAYA PADI METODE SRI

Persiapan Benih
Sebelum benih direndam daam air biasa, benih direndam dalam air garam. Benih yang baik untuk ditanam adalah benih yang tenggelam dalam larutan garam tersebut. Kemudian benih yang terpilih (tenggelam) direndam selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari. Selanjutnya disemaikan dalam media tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1 di dalam wadah segi empat (besek/pipiti) ukuran 20 x 20 cm, setelah 7-10 hari benih sudah siap tanam

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk SRI tiadak berbeda dengan cara pengolahan yang dilakukan oleh petani. Pengolahan tanah secara sempurna dengan traktor sampai terbentuk lumpur, kemudian diratakan

Pemupukan

Pemberian pupuk diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara berkurang. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah sistem konvensional adalah 10 ton/ha dan diberikan sampai 2 musim tanam. Setelah kondisi tanah terlihat membaik, maka pemberian pupuk organik bias berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk menyatu dengan tanah.

Pemeliharaan

Sistem tanam SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan hanya dilakukan untuk mempermudah pemeliharaan. Pada prakteknya pengelolaan dapat dilakukan sebagai berikut:
- Umur 1-10 hst, tanaman padi digenangi air dengan ketinggian 1-2 cm
- Pada umur 10 hst dilakukan penyiangan.
- Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi
- Apabila masih memerlukan penyiangan, maka 2 hari menjelang penyiangan, tanaman digenangi
- Pada saat tanaman berbunga, tanaman digenangi
- Setelah padi matang susu tanaman tidak perlu digenangi sampai panen.

MANFAAT METODE SRI

Secara umum manfaat pengelolaan tanaman dengan metode SRI adalah :
Hemat air; kebutuhan air antara 20-30% lebih sedikit dengan cara biasa (konvensional)
Memperbaiki kondisi tanah (kesuburan dan kesehatan tanah)
Menghasilkan produksi beras sehat, tidak mengandung residu pestisida
membentuk petani mandiri; tidak tergantung pada pupuk dan pestisida buatan

PERBANDINGAN ANTARA
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DAN SYSTEM RICE INTENSIFICATION (SRI)

PTT Perlakuan SRI
Sesuai Kep. Mentan No.1 2006 à penggunaan pupuk anorganik dan organik, pemakaian BWD (Bagan Warna Daun) dan PHSL (Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi) Dosis pupuk anjuran Bahan organik 10 ton / Ha
Pemilihan benih bernas menggunakan metode perendaman dalam air garam 3% atau ZA 3% Seleksi benih Pemilihan benih bernas menggunakan metode perendaman telur dalam air garam
VUB (Varietas Unggul Baru), VUTB (Varietas Unggul Tipe Baru), dan Varietas Unggul Hibrida Varietas padi Varietas lokal atau VUB
Persemaian basah diaplikasi kompos, sekam, dan pupuk Persemaian Persemaian kering
Penanaman bibit muda, 1-2 bibit per lubang Bibit Padi Penanaman bibit muda, 1 bibit per lubang
Pengairan berselang (intermittent) Irigasi petakan sawah Pengairan macak-macak
VUB & VUTB à 20 cm x 20 cm
VUH à 25 cm x 25 cm
Legowo 2 : 1
Tabela Jarak tanam 30 cm x 30 cm atau lebih lebar
Monitoring hama & penyakit, prinsip PHT. Bila perlu dapat digunakan pestisida kimia, hayati, dan nabati Pengendalian Hama & Penyakit Prinsip PHT, pestisida hayati dan nabati
Biasa Pertumbuhan gulma Sangat cepat
Penggunaan landak gosrok, penyiangan dan herbisida kimia (bila perlu, secara selektif) Pengelolaan gulma Penyiangan mekanis atau penggunaan landak gosrok 4 kali
PRA (Participatory Rural Appraisal) Metode pendekatan PET (Pemahaman Ekologi Tanah)
SIPT (Sistem Integrasi Pakan Ternak)
KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu)
KUM (Kredit Usaha Mandiri) Kelembagaan Pemberdayaan kelompok
Kelompok tani, hamparan, denfarm Pendekatan diseminasi Kelompok Studi Pertanian (KSP), individu, demplot
5,0 – 8,5 ton / Ha GKG (Gabah Kering Giling) Hasil gabah 5,8 – 8,5 ton / Ha GKP (Gabah Kering Panen)
0,3 – 2,3 ton / Ha Ratio peningkatan hasil 0,2 – 1,1 ton / Ha
Rp. 4.580.000,- Pendapatan bersih Rp.2.240.000,-
Balitpa (sekarang BB Padi) Indonesia Asal / perakit model budidaya padi Madagascar

0 komentar: